Sorot Edisi 53

Dari "Kimia" Sampai Jiwa Raga


VIVAnews – BANYAK cara mereka yang ingin jadi menteri mendekati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejumlah calon bahkan agak nekat. “Ada SMS, dan lewat ibu mertua. Nggak apa-apa, itu ikhtiar,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas Indah Bogor, Senin malam 12 Oktober 2009.

Tentu, upaya itu boleh saja. SBY menimbang semua nama secara selektif bagi posisi 34 calon menteri dalam kabinetnya nanti.  "Ada yang mengatakan saya bingung, kok mudah sekali mengatakan orang bingung. Yang jelas saya tidak bingung, santai-santai saja," katanya.

Cara SBY memilih calon menteri cukup sistematis. Misalnya, kata Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie, sebelum ke tahap seleksi, SBY menyusun cetak biru kabinet. Dari sana, lalu ditentukan kriteria calon menteri.  "Kualifikasi disusun berdasarkan problem bangsa," kata Marzuki. "Beliau (SBY) menginginkan kabinet kerja.”

Selain itu, seperti kata pengamat politik Burhanuddin Muhtadi, SBY juga menimbang soal dukungan partai politik dan profesionalitas. “Juga soal representasi etnis, gender, agama, dan wilayah,” ujar Burhanuddin.

Ada pula faktor tak kasat mata. “Soal chemistry, loyalitas, atau kimiawi politik adalah paling menentukan,” kata Burhanuddin. Dia mengatakan, soal pentingnya ukuran “kimia politik” itu kerap disebut orang di sekitar SBY. Alasannya, untuk kerja bersama selama lima tahun, harus ada kecocokan antara menteri dan presiden.

SBY sepertinya juga tak bakal melepas mereka yang sudah dekat dengannya sejak meniti karier di militer. Misalnya, Sudi Silalahi. Dia rajin membantu jauh sebelum SBY terpilih menjadi presiden pada 2004. Begitu juga dengan Sutanto, mantan Kepala Polri. Satu lagi adalah Djoko Suyanto, mantan Panglima TNI.

Sebetulnya, pola membuat kriteria itu, tak ada yang baru. Sejak zaman Soekarno hingga Megawati Soekarnoputri. Para presiden RI  melakukan hal sama. Bedanya, otoritas SBY memilih para pembantunya lebih besar. Dia presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat.

Tapi, tampak SBY tak sepenuhnya memanfaatkan legalitas itu. Dia masih melirik kekuatan partai politik, yang setelah reformasi mempunyai taring lebih tajam di parlemen. Agar pemerintahannya mendapat dukungan kuat parlemen, maka SBY membuka pintu koalisi dengan partai politik.

Kesempatan inilah dimanfaatkan partai politik. Sumber di lingkaran SBY menyebutkan, ‘tiket parpol’ menjadi penting dalam menimbang calon menteri. SBY sendiri sudah terbuka menyatakan akan menampung representasi berbagai kepentingan politik. “Hanya ada tambahan, yaitu soal profesionalitas,” kata Burhanuddin.

Dalam soal kursi menteri, gesekan antar partai pun tak terlelakkan. Misalnya, ada partai mencoba menyikut secara halus partai lain, agar berada di luar kabinet.  Bahkan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan juga sempat terpecah suaranya apakah akan masuk kabinet SBY atau tidak. Belakangan, Ketua Umumnya, Megawati Soekarno Putri, menegaskan sikapnya berada di luar kekuasaan. Dia mengancam memecat kadernya yang ikut ke dalam pemerintahan.

Di bursa kabinet SBY, misalnya, nama calon menteri dari parpol pun ramai melintas. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Achmad Mubarok mengungkapkan lebih 100 nama yang masuk.  "Para pengusul itu ada yang berasal dari ormas, kyai, parpol, LSM, organisasi pengusaha hingga tokoh masyarakat," katanya.

Cara mereka macam-macam.  Ada yang datang ke Sekretariat Negara. Ada yang ke Cikeas. Atau mendatangi mereka yang dikenal sebagai “ring satu” di Istana Negara. "Ada pula yang mengantarkan CV melalui kurir," kata Mubarok.

Adapun, Mubarok juga mendapatkan titipan nama. “Ada sepuluh, namun nama-nama itu saya masukkan ke dalam laci,” katanya.

Live World Boxing Welter Super WBO dan WBC, Tszyu vs Sebastian Fundora Tayang Akhir Pekan di tvOne




Satu hal penting dari gaya SBY mencari menteri adalah mekanisme uji kepatutan dan kelayakan. Cara ini pun baru dilakukan setelah terpilih kedua kalinya pada periode 2009-2014.

Seleksi ini terbuka disaksikan masyarakat luas. Bahkan, bisa dilihat siapa yang sudah ditelepon dan diwawancarai SBY. Mereka tak sembunyi-sembunyi datang ke kediaman SBY di Cikeas, Bogor. Tentu tak semua dibuka di atas “panggung” itu. Proses SBY menilik si calon menteri, tetap berlangsung di balik tirai.

Uniknya, setelah dites, mereka memberi pernyataan terbuka di media massa. Pada masa rezim Soeharto, tak satu calon menteri pun berani bicara terbuka, kendati sudah ditelepon dan ditunjuk sebagai menteri.

Sedangkan SBY, menerapkan pola terbuka dan bisa dilihat dalam proses seleksi pada 17-18 Oktober 2009. Sebanyak 34 calon menteri satu-satu persatu datang ke rumah presiden.

Di sini masyarakat bisa mengetahui bahwa yang pertama dipangil SBY adalah Djoko Suyanto.  Djoko menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Usai wawancara, Djoko mengaku sudah menandatangani pakta integritas.

Para calon menteri yang dipanggil juga tak dilarang bicara di media. Misalnya Andi Mallarangeng yang dipastikan kembali masuk Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. SBY mempercayakan juru bicaranya ini menjadi Menteri Pemuda dan Olah Raga, menggantikan Adyaksa Dault.

Tahap berikutnya si calon menteri diwajibkan menjalani tes kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Tes kesehatan ini, kata Ketua Tim Kampanye SBY-Boediono, Hatta Rajasa, tak berlaku bagi semua calon. Hanya berlaku bagi mereka yang posisinya sudah mendekati pasti saja. "Yang sudah kira-kira fix,” ujar Hatta.

Untuk tes kesehatan, ada 45 dokter disiapkan memeriksa para calon menteri itu. Kepala Rumah Sakit RSPAD, Brigadir Jenderal TNI dr Supriyantoro mengatakan, para calon akan diperiksa darah, urine, dan bahkan ultrasonografi (USG). 

Lalu ada tes jantung, tread mill, tes mata dan THT (telinga, hidung dan tenggorokan). Selain fisik, para calon menteri juga diperiksa kesehatan jiwanya. "Untuk menguji tingkat emosional mereka," kata Supriyantoro.  Tes kesehatan jiwa ini lumayan berat.  Ada 567 pertanyaan tertulis, ditambah wawancara.

Tapi, mereka yang lolos pun tak perlu buru-buru berbesar hati. Setelah semua proses itu dijalani, kata Achmad Mubarok, si calon pun masih belum pasti jadi menteri. "Sebelum ada SK (surat ketetapan), nasib calon menteri belum tentu," ujar Mubarok.

Nassar

Berduka Atas Meninggalnya Ayah Nassar, Inul Daratista Beri Doa Terbaik

Rekan-rekan artis Nassar ikut merasa berduka, salah satunya adalah Inul Daratista.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024