Sorot Edisi 53

Jejak Mafia Berkeley di Tim SBY

VIVAnews – Selama sepekan belakangan ini ponsel Raden Pardede selalu nyala. Lebih dari empat kali dihubungi pada hari yang berbeda, selalu terdengar nada sambung aktif di seberang sana. Tidak ada suara nada tidak aktif seperti tercatat berikut ini:

Senin, 12 Oktober, pukul 9.24 WIB:
“Sorry, I'll call later” (jawaban lewat sms setelah dihubungi tak diangkat).

Selasa, pukul 9.50 WIB:
“Hehehe, nanti saja” (jawaban atas pertanyaan dirinya dijagokan sebagai Menteri BUMN).

Jumat, 16 Oktober, Pukul 9.52 WIB.
"Tidak betul itu. Kami bukan bagian dari Mafia Berkeley." (tanggapan atas tudingan tim ekonomi SBY bagian Mafia Berkeley).

Sabtu, 17 Oktober, pukul 19.23 WIB:
“Mohon maaf saya lagi rapat.”  (jawaban apakah dia sudah dapat telepon dari Cikeas)

Tidak jelas, apakah ini kebetulan sudah menjadi kebiasaan atau Raden memang sengaja menjaga agar ponselnya tetap selalu hidup di saat-saat genting seperti sekarang. Saat-saat dimana orang-orang penting dari Cikeas, Bogor akan menelepon para kandidat menteri kabinet Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono periode 2009-2014.

Soal telepon Cikeas memang menjadi bahan guyonan paling hangat dalam sepekan terakhir. Mulai dari status facebook, obrolan warung kopi, bahan diskusi saat seminar atau workshop hingga pemberitaan media. Misalnya saja yang terjadi pada sebuah workshop soal perbankan di Bank Indonesia pada Kamis lalu, 15 Oktober 2009.

Sang moderator Eko B Suprianto meminta Chatib Basri, salah satu pembicara tetap menyalakan ponsel. “Sebab, orang di sebelah saya ini akan ditelepon Cikeas,” ujar Eko. Hadirin pun tertawa dan bertepuk tangan. Sedangkan, Chatib yang mengenakan jas coklat hanya tersenyum malu.

Saat ditanya soal telepon Cikeas, Chatib mengaku tak tahu. Sedangkan, para calon calonnya memberikan jawaban beragam. Raden Pardede hanya tertawa dan menjawab nanti saja. Anggito Abimanyu, Mari Pangestu mengaku tidak peduli apakah akan ditelepon atau tidak. Sedangkan, Sri Mulyani mengaku ditelepon setiap hari, tetapi bukan oleh SBY.



Jumat, 16 Oktober 2009, lima hari sebelum pengumuman kabinet, sejumlah nama kian santer disebut-sebut sebagai kandidat menteri bidang ekonomi. Mereka yang santer diincar SBY adalah Sri Mulyani Indrawati, Mari Pangestu, Kuntoro Mangkusubroto, Hatta Rajasa, Chatib Basri, Anggito Abimanyu, Raden Pardede, Gita Wirjawan, dan Sandiaga Uno.

Sebagian besar dari mereka selama ini sudah dikenal sebagai tim ekonomi SBY, baik menjabat sebagai menteri ekonomi, pejabat eselon satu, tim sukses pasangan SBY-Boediono atau dikenal berjasa terhadap kedua pasangan ini.

Prestasi tim ekonomi di bawah kepemimpinan Sri Mulyani juga dianggap cukup bagus, termasuk membawa Indonesia tak terjerumus dalam krisis global, bahkan menjadi satu dari tiga negara di dunia dengan pertumbuhan ekonomi positif pada 2009.

Meski begitu, dalam proses penentuan komposisi tim kabinet bukan berarti gampang, tetapi cukup alot. Misalnya saja untuk posisi Menteri Keuangan. Sejak awal, nama Sri Mulyani sudah kerap disebut sebagai calon terkuat. Namun, masa-masa menjelang penentuan, mendadak nama Anggito Abimanyu mulai menggeser Sri Mulyani.

Namun,  pada Jumat, posisi Sri Mulyani kembali naik. Kabar yang beredar Anggito yang sekarang masih menjabat sebagai Ketua Badan Kebijakan Fiskal akan disandingkan dengan Sri Mulyani. Anggito digadang-gadang untuk jabatan yang baru dibentuk, yakni Wakil Menteri Keuangan.

Jabatan Wakil Menteri Keuangan memang sempat mengemuka beberapa waktu lalu. Pertimbangannya, dengan keanggotaan Indonesia dalam Grup 20, peran negara ini di kancah global semakin meningkat. Artinya, akan menuntut kesibukan Menkeu yang semakin tinggi. Sementara kegiatan di domestik tak kalah penting, salah satunya pembahasan anggaran dengan parlemen.

Posisi alot juga terjadi di posisi Menteri Negara BUMN. Di posisi Menteri BUMN, calon kuat adalah Raden Pardede, tim sukses SBY versus Gita Wirjawan, Komisaris Pertamina. Di luar itu juga muncul nama Agus Martowardojo, Direktur Utama Bank Mandiri.

Selain sejumlah jabatan penting, nama-nama yang sudah agak pasti adalah Mari Pangestu yang dipertahankan sebagai Menteri Perdagangan. Sedangkan, posisi strategis Menteri Koordinator Perekonomian yang semula santer akan dipegang Kuntoro Mangkusubroto, belakangan beralih ke Hatta Radjaja, politikus Partai Amanat Nasional.



Sabtu, 17 Oktober 2009, posisi siapa menjadi apa, semakin jelas. Selama seharian, SBY mulai memanggil para calon menterinya. Belasan calon menteri dipanggil untuk mengikuti wawancara ke kediaman SBY di Cikeas, Bogor. Di sana sudah menunggu pasangan Presiden SBY dan wakilnya Boediono.

Dari nama-nama yang datang, semakin terang benderang siapa saja calon menteri SBY dan pos apa yang akan dipegangnya. Pada hari itu, yang datang ke Cikeas adalah Hatta Rajasa, Sri Mulyani, Mari Pangestu, Tifatul Sembiring, Sutanto, dan lainnya.

Hatta mengaku ditanya mengenai ekonomi. Sedangkan, Sri Mulyani dan Mari Pangestu diminta untuk meneruskan dan meningkatkan apa-apa yang sudah dicapai selama ini. “Lanjutkan!” ujar Mari seusai mengikuti wawancara oleh SBY dan Boediono di Cikeas, Sabtu, 17 Oktober 2009.



Jadi, semakin jelaslah siapa saja yang bakal mengisi pos-pos strategis di tim ekonomi SBY. Ekonom senior Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan menilai nama-nama yang akan menduduki posisi penting di pos ekonomi SBY-Boediono merupakan bagian dari mafia Berkeley.

Nama-nama seperti Sri Mulyani Indrawati, Mari Pangestu, Anggito Abimanyu, Chatib Basri dan Raden Pardede masih merupakan satu kubu di bawah payung Boediono. Mereka adalah reinkarnasi Mafia Berkeley dengan sang Godfather Boediono, Doktor Ekonomi Bisnis jebolan Wharton School, University of Pensylvania, AS. 

"Kalau dulu kan Godfather-nya Widjojo Nitisastro, sekarang Boediono," kata dia di Jakarta, 15 Oktober 2009. Pada masa Widjojo, anggota mafianya adalah Ali Wardhana, Emil Salim, JB Soemarlin, Saleh Afif, Subroto dan M Sadli. Sebagian besar dari mereka adalah lulusan  University of California di Berkeley, AS atas bantuan Ford Foundation pada awal 1960-an.

Widjojo adalah arsitek utama yang meletakkan dasar pembangunan ekonomi di jaman Orde Baru. Selama 16 tahun dia terus menerus menjabat Kepala Bappenas, yakni dari 1967 diawal-awal Soeharto berkuasa hingga 1983. Meski melepas jabatan menteri pada 1983, dia masih menjabat sebagai Penasihat Bappenas hingga 1998, ketika pemerintahan Soeharto jatuh.

Pada saat Abdurrahman Wahid berkuasa 1999-2001, tim ekonomi beralih dari Mafia Berkeley. Menko Perekonomian dipegang oleh Kwik Kian Gie dan Menteri Keuangan Rizal Ramli. Keduanya dianggap berseberangan dengan grup Widjojo.

Namun, ramai diberitakan saat itu, Mafia Berkeley ini tidak ingin melepas pengaruhnya sehingga dibentuklah Dewan Ekonomi Nasional yang dipimpin Emil Salim dengan salah satu anggota Boediono dan sekretaris Sri Mulyani Indrawati yang ketika itu kerap disebut sebagai kader. 

Saat Megawati berkuasa pada 2001-2004, tim ekonomi kembali ke geng Boediono bersama Dorodjatun Kuntjoro-jakti, ekonom UI. Boediono sebagai Menteri Keuangan dan Dorodjatun sebagai Menko Perekonomian.

Saat itu, memang ada Kwik Kian Gie sebagai Ketua Bappenas dan Laksamana Sukardi sebagai Menteri BUMN. Namun, Laksamana cenderung berkiblat ke kubu Djatun-Boediono. Sedangkan, Kwik terus mengeluh kesepian karena selalu berseberangan dengan mereka.

Pada jaman SBY berkuasa, kubu tim ekonomi sudah semakin jelas. Boediono menjabat sebagai Menko Perekonomian dan Sri Mulyani Menteri Keuangan. Orang-orang yang terlibat membantu juga santer disebut sebagai penerus kelompok ini, seperti M Iksan, Chatib Basri, Anggito Abimanyu.

Mereka umumnya menjadi staf khusus Menko Perekonomian atau Menteri Keuangan. Anggito menjadi Staf Khusus Boediono saat menjadi Menkeu jaman Megawati. M Iksan menjadi Staf Khusus Boediono saat menjabat Menko Perekonomian. Sedangkan, Chatib sebagai Staf Khusus Menkeu Sri Mulyani.



Menurut Fauzi Ichsan, kelompok itu memang tak bisa dilepaskan dari anggapan bagian Mafia Berkeley karena ini sudah berurat akar sejak 40 tahun lalu. Patronnya masih sama. Mereka adalah murid-muridnya. “Itu juga kan sudah jelas dari kesamaan visi dan pandangan mereka,” kata Fauzi.

Visi mereka adalah mengutamakan keseimbangan antara peran pasar dan peran pemerintah. Dalam literatur ekonomi, yang ekstrem kanan adalah kapitalisme bebas, yang ekstrem kiri adalah sosialisme. “Nah, Mafia Berkeley posisinya ada di tengah, tetapi cenderung ke kapitalisme.”

Menurut Fauzi, mereka sudah rutin berkomunikasi dalam berbagai forum. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) juga menjadi salah satu forum untuk berkomunikasi. “Dari tokoh-tokoh ISEI kan jelas siapa mereka,” ujarnya.

Ekonom Amerika Serikat, Prof Jeffrey Winters juga pernah mengungkapkan kepada VIVAnews bahwa tim ekonomi yang menguasai Indonesia saat ini masih menjadi bagian dari Mafia Berkeley. “Sistim ekonomi seperti ini sudah berlangsung selama 40 tahun. Perlu ada perubahan.”



Menanggapi tudingan miring tersebut, ekonom kubu SBY jelas membantah. “Itu kan tudingan orang yang tidak suka,” kata Raden Pardede kepada VIVAnews di Jakarta, Jumat, 16 Oktober 2009.
 
Hal serupa diungkapkan oleh Chatib Basri. Chatib mengingatkan sebenarnya tidak ada pengaruh Mafia Berkeley dalam kebijakan ekonomi pemerintah SBY. Bahkan, itu terjadi bukan cuma periode mendatang 2009-2014. "Tetapi, sejak Sejak 2004 sekalipun, tidak ada pengaruh Mafia Berkeley di kabinet SBY."

Menurut Chatib, Sri Mulyani, Boediono dan Mari Pangestu bukanlah murid tokoh-tokoh Mafia Berkeley. "Tidak ada satupun yang menjadi murid Widjojo. Widjojo mengajar di UI pada 1960-an," katanya. "Sekarang, Widjojo sudah sepuh sekali,."
 
"Sedangkan, Sri Mulyani baru masuk FEUI pada 1981, Mari Pangestu tidak pernah di FEUI, sedangkan Boediono juga sekolah di UGM," katanya.

Begitupula dari sisi pekerjaan. Saat pemerintahan Gus Dur memang ada Dewan Ekonomi Nasional yang dipimpin oleh Emil Salim dengan anggota Boediono dan Sri Mulyani. "Tapi, saat itu kan ada Rizal Ramli dan Kwik Kian Gie. Mereka juga bukan mafia Berkeley. Jadi, isu Mafia Berkeley itu tidak pernah ada."

Holding BUMN InJourney Siap Sambut Mudik dan Libur Lebaran 2024
Polisi menyita miras oplosan. (Foto ilustrasi)

5 Cara Ampuh Melepaskan Diri dari Kecanduan Alkohol

Kecanduan alkohol dapat menjerumuskan Anda ke dalam jurang kegelapan. Namun, jangan khawatir, artikel ini hadir untuk membantu Anda melepaskan diri dan hidup lebih sehat.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024