SOROT 387

Bersekutu Membendung Ahok

Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta yang juga Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra bersama musisi Ahmad Dhani menggelar pertemuan dan silaturahmi politik di Jakarta
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Yusril Ihza Mahendra berjalan santai di Jalan Pinang Emas III, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Beralaskan sandal jepit, pakar hukum tata negara itu menapaki aspal hitam. Ditemani beberapa koleganya, mereka beriringan menuju rumah musisi Ahmad Dhani.

PSI Jagokan Kaesang dan Grace Natalie di Pilgub DKI Jakarta

Kunjungan Yusril ke rumah Dhani pada Jumat, 4 Maret 2016 itu sebagai bentuk silaturahmi politik. Keduanya berniat menjadi calon gubernur pada pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017. Usai pertemuan, mereka menyatakan saling mendukung apapun kemungkinan yang bakal terjadi nanti.

Mereka bakal mengikuti mekanisme partai untuk maju di Pilgub DKI. Namun juga memantau hasil survei diri sendiri dan bakal calon gubernur lain, seperti Adhyaksa Dault, Sandiaga Uno. Calon dengan hasil survei paling kuat yang akan didukung maju sebagai penantang calon incumbent, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Pilih Anies atau Sahroni di Pilgub DKI 2024, Begini Jawaban Tak Terduga Surya Paloh

"Siapa yang akan maju jadi penantang paling kuat itu yang akan didukung lawan petahana. Kalau Dhani (hasil surveinya) tinggi saya ikhlas, Adhyaksa Dault, Sandiaga Uno, kami serahkan. Tak ada rasa tak enak," kata Yusril, Jumat, 4 Maret 2016.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/03/04/56d998e03db20-silaturahmi-politik-yusril-temui-ahmad-dhani_663_382.jpg

PAN Pede Punya Eko Patrio hingga Zita Anjani, Siap Tarung di Pilkada DKI Jakarta

Yusril temui Ahmad Dhani untuk maju pada pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017.

Pernyataan Yusril diamini Dhani. "Jadi nanti kami akan tetap mengikuti seleksi calon sebagaimana diatur oleh mekanisme partai. Siapapun yang maju kami akan mendukungnya," kata Dhani.

Meski para cagub bakal berkolaborasi, Ahok tak gentar. Sang petahana malah mendorong agar banyak calon yang akan memperebutkan kursi DKI-1. Dengan banyaknya kandidat, warga Jakarta diuntungkan. Mereka memiliki beragam pilihan calon pemimpin untuk menjadikan Jakarta lebih baik. "Warga bisa mendengarkan, kira-kira apa kebijakan yang ditawarkan, apa visi calon gubernur," ujar Ahok.

Ahok bakal maju dalam pertarungan pilgub lewat jalur independen. Keputusan itu diambil mantan bupati Belitung Timur ini setelah bertemu Teman Ahok, komunitas relawan pendukung Ahok, di rumahnya di kawasan Pluit, Jakarta Utara, Minggu, 6 Maret 2016.

Suami Veronica Tan itu sadar pilihannya berisiko besar. Asa Ahok kembali memimpin Jakarta bakal patah di tengah jalan, jika Teman Ahok tak bisa memenuhi tenggat waktu verifikasi seluruh dokumen fotokopi Kartu Tanda Penduduk dari para pendukungnya. Verifikasi itu harus rampung sebelum pendaftaran calon independen pada Juli 2016.

Kemungkinan gagal, menurut Ahok, bisa juga datang dari oknum Komisi Pemilihan Umum Daerah . Oknum diduga bisa menyatakan jumlah KTP sah digunakan sebagai syarat Ahok maju dari independen tidak mencapai 525.000 lembar, yang merupakan syarat minimal dukungan bagi calon independen. Keputusannya ini tentu akan membuat partai politik yang semula berniat mendukungnya, seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, kecewa.

Namun Ahok tetap memilih 'perahu' independen sebagai kendaraannya dalam pemilihan nanti. Alasannya, dia tak ingin mematahkan semangat para anak muda yang tergabung dalam komunitas itu. "Saya takut kepercayaan mereka hilang kepada politisi. Kepercayaan itu lebih mahal," katanya.

Ahok lantas menunjuk Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah DKI Heru Budi Hartono, sebagai calon pendampingnya dalam pemilihan nanti. Dia menilai Heru sebagai sosok birokrat yang jujur.

Mantan Wali Kota Jakarta Utara itu dianggap berani pasang badan memperjuangkan transparansi perencanaan dan penggunaan anggaran pemerintah. Hal tersebut sejalan dengan keinginan Ahok, untuk membuktikan bahwa kalangan birokrat tak selamanya korupsi dan tak memiliki kemampuan.

Heru menyatakan siap mendampingi Ahok. Meski risiko besar bakal mengadang, namun pria 50 tahun ini bersedia menjadi bakal cawagub DKI. Keluarga dan rekan-rekannya mendukung langkah dia dalam Pilgub nanti. "Semuanya dukung saya, semoga bisa," ujarnya.

Peneliti Politik IndoStrategi Pangi Syarwi Chaniago menilai keputusan Ahok menempuh jalur independen sebagai langkah berani. Menurut dia, jalur independen maupun lewat partai politik sama-sama berisiko. Dia melihat, jika Ahok memilih jalur partai, muncul kekhawatiran ditinggalkan partai pada menit-menit terakhir. Ketika itu terjadi, maka untuk melalui jalur independen juga sudah tidak bisa.

"Pengalaman ini banyak terjadi di beberapa daerah. Kepala daerah petahana justru enggak dapat perahu parpol," ujarnya.

Adapun PDI-P menghormati putusan Ahok memilih jalur independen .Status Ahok yang bukan kader PDI-P membuatnya tidak bisa menjadi petugas partai. Sebagai partai besar, PDI-P memiliki banyak kader berkualitas, sehingga tidak bergantung kepada sosok Ahok. "Kami tidak kekurangan kader," ujar Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD PDI-P DKI, Gembong Warsono.

Selanjutnya... Gaya Blusukan Kandidat


Ragam Blusukan Kandidat

Sejak Ahok memutuskan melaju lewat jalur independen, Teman Ahok bergerak cepat menyiapkan 'tiket' Ahok maju pilgub. Mereka menargetkan bisa mengumpulkan satu juta fotokopi dukungan pada Mei mendatang.

Saat ini, telah ada lebih dari 700 ribu fotokopi KTP dukungan. Para relawan tersebut akan melakukan verifikasi ke lapangan. Mereka bakal mengetuk pintu-pintu warga untuk menanyakan kembali persetujuan mendukung Ahok dan wakilnya.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/03/11/56e2e2842aad8-aktivitas-di-sekretariat-teman-ahok_663_382.jpg

Kegiatan di sekretariat Teman Ahok.

Teman Ahok juga membuat kampanye bernama Jakarta Baru versi kedua. Sebelumnya, kampanye Jakarta Baru didengungkan saat pilgub 2012, dengan mengusung Joko Widodo dan Ahok. "Kenapa Jakarta Baru, baru itu kan artinya Basuki-Heru," ujar Pendiri dan Juru Bicara Teman Ahok, Singgih Widyastomo, Kamis, 10 Maret 2016.

Ahok sendiri tak ambil pusing soal kampanye. Sebagai petahana, dia hanya ingin fokus kerja. Sebab, lewat bekerja, dia yakin warga Jakarta akan mengetahui kinerjanya. "Mending aku kerja. Jadi kalau enggak kepilih lagi, kita sudah beres kerjaannya," ujar Ahok.

Di seberang sana, para bakal cagub pun ikut 'bekerja'. Mereka mulai mempersiapkan program-program yang diusung hingga turun ke lapangan. Bakal cagub Sandiaga Uno, misalnya .Dia turun melewati jalan-jalan di Ibu Kota dengan naik ojek. Pada Selasa, 1 Maret 2016, pengusaha ini naik Gojek menuju kantor ojek berbasis online itu di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Sehari kemudian, pria berusia 47 tahun ini blusukan ke Pasar Senen, Jakarta Pusat. Dia berdialog dengan sejumlah pedagang di sana. "Ada yang kenal, ada yang tidak kenal. Itu tugas saya memperkenalkan," ujar Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia itu.

Langkah seirama dilakukan Yusril Ihza Mahendra. Ketua Umum Partai Bulan Bintang  itu menyambangi Pasar Puri Indah Kembangan, Jakarta Barat, Minggu, 6 Maret 2016. Pria kelahiran Manggar, Belitung Timur, pada 5 Februari 1956 itu, tampil santai dengan memakai celana pendek dan kaus lucu bergambar Mickey Mouse.

Mantan Menteri Sekretaris Negara di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut juga akan menggelar dialog dengan sejumlah kalangan. Di antaranya dengan  masyarakat Muara Angke, Jakarta Utara. "Saya ingin tunjukkan pada media bahwa seolah saya ini terlalu elitis, padahal saya punya kekuatan riil untuk masyarakat," ujar Yusril.

Turun ke lapangan pun dilakoni Ahmad Dhani. Ayah empat anak ini sempat mendatangi kawasan Kalijodo, Jakarta, Senin, 15 Februari 2016. Kedatangannya sebelum penggusuran lokasi yang dikenal sebagai kawasan prostitusi dan perjudian itu, untuk melihat lebih dekat kondisi warga di sana.

Bukan hanya Kalijodo, Dhani juga menyambangi Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu, 6 Maret 2016. Kedatangannya itu untuk silaturahmi ke masyarakat sekaligus menyosialisasikan rencananya maju Pilgub DKI.

Sebagai bakal cagub, Dhani memiliki visi misi untuk mementingkan rakyat. Menurutnya, hal yang penting adalah rakyat terhibur, tidak lapar dan tidak susah. Dia pun mengusung sejumlah program. Di antaranya, tidak ada artis tua yang terlantar, membangun satu juta perpustakaan, meningkatkan kredit usaha kecil menengah.

Dhani melihat, pemimpin saat ini baru sebatas membangun raga, belum sampai membangun jiwa. "Keberadaan saya di sini ingin membangun jiwa (masyarakat)," ujarnya.

Sandiaga punya pandangan berbeda. Dia melihat ada kekhawatiran di masyarakat mengenai minimnya lapangan pekerjaan dan banyaknya gelombang pemutusan hubungan kerja.Begitu juga mengenai kondisi pasar serta harga bahan pokok yang bergejolak. "Aspek ekonomi, terutama ketersediaan lapangan kerja dan harga bahan pokok itu fokus saya," ujarnya.

Lain lagi yang diusung Adhyaksa Dault. Jika memimpin Jakarta nanti, dia ingin menciptakan masyarakat Jakarta yang Teguh Beriman, sesuai tagline kota metropolitan ini. Dia memiliki visi membangun green governance di Ibu Kota. Di antaranya dengan mendirikan ruang-ruang terbuka hijau, memperketat pembangunan mal.

Ide itu muncul lantaran pembangunan Jakarta saat ini dinilainya menuju ke arah kapitalis sekuler. Hal itu tampak antara lain dari pembangunan mal di mana-mana, pembangunan pemukiman tidak memperhatikan fasilitas umum. "Ini yang saya sebut kapitalis menguntungkan para pengembang besar," ujar Adhyaksa.

Masalah pengembang besar tak luput dari sorotan Yusril. Pembangunan Muara Angke, misalnya.Dia menilai, pembangunan di daerah itu tidak jelas dan nyaris tenggelam oleh proyek-proyek reklamasi.

Sejumlah proyek untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, membantu pedagang kecil pun dianggapnya tak jelas. Dia juga mengkritisi soal kemacetan yang belum ada perubahan di Jakarta. "Saya ingin menyelesaikan persoalan-persoalan seperti itu," ujarnya.

Yusril dan para bakal cagub lainnya yakin mereka bisa mengalahkan Ahok. "Kalau saya terjadi head to head, saya yakin akan memenangkan (Pilgub DKI)," ujar Yusril.

Selanjutnya... Suara Warga


Apa Kata Warga?

Suara pro kontra soal bakal cagub maupun petahana datang dari sejumlah masyarakat Jakarta. Hanggraini (24), misalnya. Mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Jakarta ini menilai semua bakal cagub itu merupakan orang-orang hebat.

Namun, Ahok telah mampu mengambil hati masyarakat dan kepemimpinannya telah terbukti. "Jika ahok bisa meyakinkan masyarakat akan kinerjanya yang akan makin baik, kemungkinan ia menang," ujar Hanggraini.

Segendang sepenarian. Satrio (25), warga Cilandak, punya pendapat serupa. Dengan melihat hasil survei, dia yakin Ahok akan menang. Menurutnya, ada lawan-lawan Ahok yang memang sudah dikenal seperti Yusril dan Adhyaksa. Namun, mereka dinilai belum memilliki popularitas dan elektabilitas setinggi Ahok. "Sekarang yang lebih terkenal dan terbukti kan Ahok," ujarnya.

Analisa berbeda disampaikan Surya Putra (26), karyawan swasta. Menurutnya, para bakal cagub itu bukan calon kuat. Dia melihat Ahok memiliki kelemahan lantaran menggandeng Heru. "Karena Ahok gandeng Heru, mungkin Yusril bisa mengalahkan Ahok," ujarnya.

Bobby (29), karyawan swasta, juga menjagokan Yusril untuk memenangkan Pilgub DKI. Menurut dia, sulit bagi Ahok menang lewat jalur independen. Dia lebih memilih Yusril karena dinilai memiliki track record yang jelas. "Kalau yang lain menurut saya banyak yang belum jelas," ujarnya.

Adapun Asep (35), warga Johar Baru, belum menentukan pilihan. Dia menilai para bakal cagub maupun petahana belum ada yang cocok memimpin Jakarta. "Saya dukung Jokowi kalau dia nyalon," katanya berseloroh.

Jika para lawan Ahok bersatu, menurut peneliti politik IndoStrategi Pangi Syarwi Chaniago, mereka kemungkinan bisa menenggelamkan elektabilitas dan popularitas Ahok. "Ini kan adu strategi marketing politik. Semua kemungkinan bisa terjadi," ujarnya. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya