SOROT 344

Bisnis Haram Pemain Peran

Polisi memperlihatkan muncikari RA
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Reno Esnir

VIVA.co.id - Hari belum terlalu malam. Jam di tangan masih menunjuk angka delapan. RA tampak gelisah. Ia duduk sendiri di kafe salah satu hotel yang terletak di Jakarta Selatan.

Sesekali, ia melihat telepon genggam dan arlojinya di tangan. Selang setengah jam, seorang perempuan yang belakangan diketahui berinisial AA terlihat menghampiri. Tak lama kemudian, seorang pria turun dari lantai atas dan langsung bergabung.

Pembicaraan ketiganya tak berlangsung lama. Pria yang baru turun itu kembali naik ke atas. Namun, kali ini ia tak sendiri. AA turut bersamanya.

Mereka menuju salah satu kamar hotel bintang lima ini. Pria ini langsung meminta AA untuk mandi. Saat itu lah, seorang polisi wanita (Polwan) masuk ke kamar dan langsung menangkap AA yang masih mengenakan handuk. Sementara itu, pria yang membawa AA kembali turun untuk menangkap RA.

Demikian drama penangkapan RA dan AA seperti diceritakan oleh sumber VIVA.co.id beberapa waktu lalu. AA merupakan model dan artis yang nyambi menjadi pekerja seks komersial (PSK).

Sementara itu, RA adalah muncikari yang menfasilitasi AA "menjual diri". Pria yang memesan AA dan bertransaksi di kafe adalah polisi yang menyamar. Usai ditangkap, RA dan AA langsung digelandang ke Polres Jakarta Selatan.

Kapolres Jakarta Selatan Kombes (Pol) Wahyu Hadiningrat membenarkan, untuk menangkap RA dan AA, polisi telah menyamar. Ia mengatakan, pengungkapan prostitusi yang melibatkan artis AA bukan hal mudah.

Polisi harus menyamar dan mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk dapat membongkar jaringan prostitusi "papan atas" tersebut.

"Prosesnya dilakukan penyamaran, kemudian kami bayar, lalu kami janjian. Dari pertemuan ada syaratnya, hotelnya seperti apa, baru hari H-nya," kata Wahyu dalam gelar perkara di Polres Jakarta Selatan, Sabtu, 9 Mei 2015.

Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Audie Lataheru menambahkan, saat ini, polisi masih terus memeriksa RA. Sementara itu, status AA masih sebagai saksi.

Menurut dia, polisi akan memeriksa setiap orang yang diduga terlibat atau mengetahui praktik prostitusi yang melibatkan model dan artis ini. Namun, polisi tak akan memeriksa semua perempuan yang dijajakan RA.

“Kalau tiga atau satu sudah cukup, enggak perlu sampai 200,” ujarnya di Jakarta, Senin, 11 Mei 2015.

Ia menjelaskan, polisi berhasil membongkar kasus itu setelah mendapat informasi dari masyarakat terkait praktik prostitusi dengan harga tinggi. Dengan modal informasi tersebut, polisi kemudian melakukan pengembangan.

Menurut dia, jaringan prostitusi yang dilakukan RA terbilang rapi dan ketat. Karena, tak sembarang orang bisa masuk.

“Jaringan ini sangat tertutup. Jadi, kami menjadi pembeli. Pembeli pun sangat ketat syaratnya,” tuturnya.

Gadis Korban Prostitusi Dibanderol Rp2,2 Juta per Dua Jam

Rilis barang bukti praktik prostitusi kelas atas

Kapolres Jaksel Kombes Pol Wahyu Adiningrat (kiri) dan Kasat Reskrim AKBP Audi Latuheru menunjukkaan barang bukti praktik prostitusi kelas atas, Sabtu (9/5/2015). Foto: ANTARA/Reno Esnir

Eks Ratu Kecantikan Korea Jual Diri ke Pengusaha?



Menilik Prostitusi Artis
Menjadi muncikari sebenarnya hanya pekerjaan sampingan. Karena, profesi RA yang sebenarnya adalah make up artis. RA mengaku, ia menjalankan bisnis tersebut sendirian. Namun, ia tak menjajakan sembarang perempuan.

“Usianya di atas 22 tahun biasanya serta berlatar belakang artis dan model,” ujarnya beberapa waktu lalu.

RA mengatakan, ia mendapatkan bagian 20 persen dari tiap transaksi. Dalam sebulan, ia bisa mendapatkan satu hingga dua klien yang menggunakan jasanya untuk bisa mengencani model dan artis koleksinya.

Menurut dia, pelanggannya dari beragam kalangan. Ada sekitar 200 perempuan yang ia jajakan. Dari jumlah tersebut, separuhnya sudah pernah "dipakai".

Guna menggaet pelanggan, RA hanya bermodal telepon genggam. Komunikasi biasanya dilakukan melalui Blackberry Messenger (BBM) atau WhatsApp (WA). Setelah itu, ia akan menemui langsung calon pelanggannya.

“Saya ketemu kliennya langsung. Ada dua kali, pertama kami makan siang dan besoknya hari eksekusinya,” dia menerangkan.

RA mengaku sudah menjalani profesi itu sejak dua tahun lalu. Ia tak merekrut atau mengajak artis dan model yang hendak menggunakan jasanya. Menurut dia, para model dan artis yang meminta dia untuk menjajakan mereka.

“Biasanya, mereka dengan sendirinya menawarkan diri. Tanpa ada paksaan,” tuturnya.

Amel Alvi, model dan artis yang diduga sering dikaitkan dengan kepanjangan inisial AA membantah kenal RA dan terlibat prostitusi. Meskipun, sejumlah fakta menegaskan bahwa seseorang mirip Amel itu kenal dengan RA.

Fakta itu misalnya terdapat dari sebuah foto yang memperlihatkan kedekatan seseorang mirip Amel dengan sang germo. Kedekatan itu terlihat di akun Instagram pribadi milik RA, @obieabbas.

Di salah satu foto yang pernah diunggahnya hampir setahun lalu, RA terlihat sedang berpose mesra dengan pemain film Pulau Hantu 3, Main Dukun, dan Romeo+Rinjani itu. RA bahkan dengan jelas menuliskan, "With amelalvie", di judul foto tersebut.

Amel juga membantah, perempuan yang ditangkap polisi bersama RA adalah dia. Meski baju yang dipakai si perempuan sama seperti baju Amel yang pernah diunggahnya ke Instagram, Amel tetap menolak terlibat jaringan prostitusi yang dilakukan RA.

"Baju yang saya pakai kan beli, bukan yang limited edition, saya beli di mal. Ya mungkin banyak orang yang beli baju kaya aku," katanya.

Ia berdalih, saat polisi menangkap RA, dia sedang syuting. Amel juga mengatakan tak kenal RA. "Saya nggak pernah kenal. Belum pernah ketemu," ujarnya.

Maia Estianty dan Tuty Alawiyah

Identitas Empat Artis Cantik Korea Jual Diri Terbongkar

Maia Estianty dan Mantan Menteri Pemberdayaan Wanita, Tuty Alawiyah saat diskusi bertajuk Prostitusi Artis di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/5/2015). Foto: ANTARA/Teresia May



AA tak sendiri. Selain dia, belasan inisial yang diduga artis dan bisa di-booking beredar luas di masyarakat. Misalnya NM yang diduga merupakan inisial dari Nikita Mirzani.

Namun, Nikita menanggapi enteng rumor tersebut. “Biasalah kalau ada masalah, dibawa-bawa gitu. Inisial atau yang nyerempet aku, ya biarkan saja menjadi hit dan gosip nomer satu,” ujarnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu, 13 Mei 2015.

Nikita mengaku, ia memang pernah ditawarin. Namun, dia mengaku tak tertarik. Meski demikian, ia tak membantah jika memang ada koleganya sesama artis yang nyambi jadi PSK.

Menurut dia, prostitusi di kalangan artis bukan hal baru dan sudah ada sebelum mereka jadi artis. “Mereka kayak gitu mungkin karena tuntutan gaya hidup,” tuturnya.

Penyanyi Maia Estianty mengatakan, prostitusi di kalangan selebriti terjadi, karena sang artis sudah gelap mata dan memilih jalan pintas untuk mendapatkan kekayaan secara instan. Ia mengatakan, sebenarnya pendapatan artis sudah besar.

Namun, karena dunia hiburan menuntut untuk tampil mewah dan mahal, banyak artis yang menjadi PSK. "Kayaknya alasannya yaitu, mesti tampil wah, lux, dan mahal. Kalau ada pemasukan yang besar, cepat kaya, ya itu," ujarnya, Selasa, 12 Mei 2015.

Selain tuntutan hidup mewah, barang bermerek serta make up on terus. Menurut Maia, ada juga kemungkinan sang artis memang hobi melakukan perbuatan asusila.

"Ada yang berkedok jadi artis untuk nutupin hobinya yang doyan melakukan perbuatan asusila. Nah, kalau ada artis model begini, kasihan artis yang mau usaha dari nol," ujarnya mantan istri Ahmad Dhani ini.

Pengamat sosial dan budaya dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengatakan, prostitusi di kalangan artis ini memang menjadi fenomena di kalangan jagat hiburan. Menurut dia, berdasarkan riset yang dilakukan di Amerika, memang hal itu sering ditemukan. Ia mengatakan, hal itu merupakan kultur selebriti.

“Mereka yang tidak terlalu terkenal ingin memiliki posisi status yang sama. Maka hal itu pun dilakukan dengan cara yang tidak benar demi mendapatkan fasilitas mewah," ujarnya kepada VIVA.co.id, Rabu, 13 Mei 2015.

Menurut dia, prostitusi artis ini menarik, karena publik bisa merengkuh artis yang selama ini dikagumi. "Selama ini kan hanya bisa mengagumi lewat layar kaca. Nah, bagi mereka yang memiliki uang berlebih, apa pun dilakukan untuk bisa menikmati sosok yang dikaguminya itu. Di sini ada fantasi dan rasa kagum," ungkapnya.



Revolusi Prostitusi
Penangkapan AA dan RA bukan yang pertama. Sebelumnya, polisi juga menggerebek Apartemen Kalibata City yang diduga menjadi lokasi prostitusi online. Penggerebekan ini dilakukan tak lama setelah polisi berhasil menyelidiki kasus kematian Deudeuh, PSK yang beroperasi melalui online.

Devie mengatakan, lemahnya pengawasan, ditambah belum adanya ketegasan hukum membuat bisnis prostitusi berkembang pesat di Indonesia.

Menurut dia, berdasarkan beberapa fakta yang ada, praktik esek-esek kini telah mengalami revolusi. Kondisi ini sebenarnya sudah terjadi di hampir seluruh negara termasuk di Indonesia.

"Dulunya, prostitusi digunakan untuk memperoleh kehidupan yang layak dengan gaya singkat. Namun kini, kasus itu cenderung bergeser," katanya.

Bisnis itu, dia melanjutkan, kini dijadikan tren untuk memenuhi gaya hidup. "Ingin terlihat glamor, mentereng dan sebagainya demi untuk status atau dapat diterima dalam sebuah komunitas yang notabene diisi oleh mereka dari kalangan elite," ujar mantan Humas UI ini.

Cara yang digunakan untuk meraup pundi-pundi rupiah dari bisnis haram tersebut pun kini jauh lebih modern dan efektif. Saat ini, PSK lebih memanfaatkan teknologi, sehingga tidak butuh "marketing".

Selain itu, cara menjajakan diri dengan menggunakan teknologi lebih sulit terdeteksi aparat. "Cara ini jauh lebih menguntungkan bagi para pelaku seks komersial,” dia menambahkan.

Pendapat senada disampaikan Kisnu Widagso. Kriminolog dari UI ini mengatakan, dengan adanya teknologi informasi, perangkat gadget yang canggih menjadi alat bantu untuk melakukan kejahatan, termasuk prostitusi. Dalam bisnis ini, teknologi berfungsi menghubungkan antara produsen dan konsumen, dan di tengah-tengahnya muncikarinya.

Menurut dia, prostitusi melalui online lebih aman. Karena, selain tak terlihat, orang juga tak perlu agen untuk memasarkan.

“Dibantu transaksi lewat teknologi informasi semua bisa aman, dari biaya yang sudah ditransfer, janjian lewat sms kan nggak ada yang tahu,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Rabu, 13 Mei 2015.

Gubenur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) turut bersuara terkait maraknya praktik prostitusi di wilayahnya. Ia mengatakan, prostitusi itu seperti kotoran manusia.

Razia apartemen di Depok

Petugas Satpol PP Kota Depok menggelar razia di Apartemen Margonda Residence, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/5/2015). Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

Selama masih ada orang yang buang air besar, maka kotoran manusia itu pasti masih ada. “Nah, kamu mau enggak nih, kotorannya ada di mana-mana. Pasti enggak mau kan,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Rabu, 13 Mei 2015.

Menurut dia, agar kotoran itu tidak tercecer di mana-mana, maka harus dilokalisasi. “Inget enggak, Bang Yos (mantan Gubernur DKI Sutiyoso)  berhasil menutup Kramat Tunggak jadi Islamic Center? Nyatanya itu sekarang kan malah berceceran, prostitusi ada di indekos-indekos,” dia menambahkan.

Meski sempat mewacanakan untuk melokalisasi prostitusi, Ahok mengaku tak berani. Sebab, ia harus meminta restu dari DPRD. Padahal, ia mengusulkan lokalisasi tujuannya agar prostitusi mudah diawasi dan diawasi.

Devie pun meminta, polisi tak hanya memburu PSK dan muncikarinya, namun juga penggunanya.

“Kalau mau nyontek kayak di Swedia, itu kan ada list laki-laki yang pakai tuh. Itu yang ditangkep,” ujarnya. Menurut dia, selain muncikari, pengguna (konsumen) dari praktik prostitusi juga harus dikenakan hukuman yang berat. Dengan demikian, diharapkan angka prostitusi bisa ditekan.

Usulan serupa disampaikan Kisnu Widagso. Swedia berhasil menekan angka pelacuran karena pemerintah menjerat pengguna atau konsumennya. Sementara itu, di Indonesia, selama ini hanya menjerat PSK dan muncikarinya.

“Prostitusi ini dilakukan oleh tiga pihak, yaitu produsen, muncikari, dan customer atau konsumen,” ujarnya.

Menurut dia, pemerintah harus mempunyai kebijakan yang berpihak kepada perempuan. Selain itu, penegakan hukum dalam kasus ini harus fair. “Jangan produsen saja yang dihukum, tetapi konsumennya juga dihukum,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya