SOROT 301

Bisnis Andalan Selama Ramadan

Festival Jakarta Great Sale Baywalk Pluit
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Pagi itu deretan pedagang parcel nampak memadati trotoar. Pemandangan yang sangat berbeda. Karena, pada hari biasa, area trotoar biasanya steril dari pedagang.
 
Namun, tak ada aktivitas jual beli. Pemilik toko hanya duduk atau mengobrol dengan karyawannya. Puluhan orang lalu lalang. Ada yang baru turun dari kereta, atau hendak naik kereta. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.
 
Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, memang tak hanya difungsikan sebagai stasiun semata. Disini juga terkenal sebagai pusat keranjang dan segala jenis parcel.
 
Berbagai macam kerajinan keranjang untuk parcel dan parcel yang sudah jadi ada di stasiun Cikini. Harganya pun sangat bervariatif. Dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Tapi, sebagian besar pembeli mengaku, harga di stasiun Cikini lebih murah dibanding tempat lain.

Melesat Jadi Pangdam, Mayjen TNI Haryanto Serahkan Jabatan Panglima Divif 2 Kostrad ke Sohibnya
Produksi Keranjang Parcel Meningkat di Bulan Ramadhan

Pekerja merangkai kayu untuk dijadikan keranjang parsel di Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. Foto: VIVAnews/Tri Saputro

Terkuak, Toko Frame Mampang yang Alami Kebakaran Maut Tidak Punya Pintu Darurat

Nenty, pemilik Sarianah Ratan Furniture, salah satu gerai di stasiun Cikini, mengaku di awal-awal Puasa seperti ini penjualan memang masih sepi. "Kebanyakan yang datang hanya melihat dan meninjau dulu," katanya.
 
Nenty mengatakan, sehari-hari dia hanya menjual keranjang parcel. Namun, sejak 2009, dia mulai merambah ke penjualan parcel, khususnya menjelang hari raya Idul Fitri. Lebaran, menurut dia, tidak pernah mengecewakan para penjual parcel.
 
Parcel buatannya dijual mulai harga Rp250 ribu hingga Rp1,5 juta. Isinya mulai dari makanan jadi, baju, cangkir, piring, alat ibadah hingga hiasan kristal.
 
Penjualan parcel, menurut dia, baru akan ramai pada pertengahan Puasa. Sementara itu, puncaknya akan terjadi pada 10 hari hingga seminggu terakhir menjelang Lebaran.
 
Saat-saat puncak, Nenty mengaku, kerap kali kewalahan melayani permintaan. Satu orang saja bisa membeli hingga 30 unit parcel.
 
"Biasanya kan belinya tidak hanya satu, tapi bisa sampai 30 buah untuk klien mereka," katanya.
 
Menurut dia, saat puncak, Nenty bisa mengantongi omzet hingga Rp30 juta, bahkan lebih setiap harinya. Ini biasanya terus berlanjut hingga menjelang dan saat Lebaran.

Nenty
Penjualan Honda Naik 19 Persen, Mobilio Masih Laku Segini Walau Tak Ada Penyegaran
Nenty, pemilik Sarianah Ratan Furniture. Foto: VIVAnews/Alvin Tofler
 
"Habis Lebaran juga biasanya masih ada yang mencari parcel atau mereka yang menitipkan dan belum sempat mengambil," katanya.
 
Senada dengan Nenty, pedagang keranjang di area pasar Cikini ini juga mendapatkan berkah dari hari raya ini. Pesanan terhadap keranjang parcel membeludak seiring dengan pesanan parcel yang juga meningkat.
 
Mamat, salah satu penjaga toko Ibu Sri, mengaku pesanan keranjang sudah dimulai bahkan sebelum bulan puasa.
 
"Sebelum bulan puasa kami sudah mengirim ke daerah-daerah hampir 3 ribu keranjang," katanya.
 
Mengenai omzet, menurut Mamat, tidak bisa dipastikan, karena biasanya fluktuatif. Keranjang yang dijual pun, menurut dia, mempunyai harga yang bervariasi jauh, yakni mulai Rp2 ribu hingga Rp200 ribu.
 
Harga barang, menurut dia, tergantung dari kualitas bahan material yang digunakan dan tingkat kesulitannya. Mamat mengatakan, menjelang saat puasa memang banyak pesanan dari luar daerah.
 
Saat ini saja pihaknya sedang mengerjakan 16 ribu keranjang parcel untuk dikirim ke berbagai daerah. Ia melanjutkan, puncaknya baru akan terjadi pada 10 hari terakhir Lebaran.
 
Khusus untuk penjualan satuan baru akan ramai pada satu minggu sebelum Lebaran. Toko Ibu Sri, menurut dia, sehari-hari memang berjualan keranjang dari rotan. Pada hari biasa, pelanggan kerap datang dari mereka yang mengadakan hajatan atau seserahan.
 
Transportasi
 
Pedagang parcel, hanya satu dari sekian bisnis yang meraup untung besar selama Ramadan. Transportasi yang juga dibutuhkan untuk mudik ke kampung halaman atau berwisata mengisi libur Lebaran ketiban berkah. Bisnis penyewaan mobil pun menuai panen.
 
Bisnis agen perjalanan juga kelimpahan berkah. Ketua Bidang Ticketing Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Aspindo), Pauline Suharno, mengatakan omzet bisnis travel diperkirakan melonjak hingga 70 persen, dibanding hari biasa.
 
"Tapi, awal Puasa biasanya memang sepi dan tidak terlalu ramai. Sehingga belum bisa dibandingkan dengan Puasa tahun lalu," ujarnya kepada VIVAnews.

 

Dia memprediksi, kenaikan omzet agen perjalanan pada Lebaran tahun ini akan menurun dibanding Lebaran sebelumnya. Hal itu karena masih Piala Dunia dan pemilihan presiden.

 

"Peningkatan Lebaran tahun ini akan sedikit lebih slow. Tetap ada dan ramai, tapi tidak sampai booming. Sebagian besar masih konsentrasi pilpres, kampanye, dan melihat bagaimana pilpres," ungkapnya.

 

Dia menambahkan, biasanya setiap Lebaran okupansi tinggi. Menjelang Lebaran H-3 misalnya, berkat penambahan extra flight, sehari bisa mencapai 8 hingga 15 penerbangan. Tetapi, saat ini, extra flight belum ada yang penuh, rata-rata baru terisi 60 persen.

 

Pusat Perbelanjaan
 

Sejumlah pusat perbelanjaan tak ketinggalan ikut menikmati momen Ramadan ini. Guna menarik para pembeli melakukan transaksi di gerainya, mereka memberikan berbagai promo, mulai dari promo harga murah hingga iming-iming hadiah mudik gratis.

 

Contohnya, dilakukan oleh Carrefour Indonesia, salah satu ritel terbesar di Tanah Air. Head of Public Affairs Carrefour Indonesia, Satria Hamid Ahmadi, mengatakan promo yang dilakukan pihaknya mulai dari mudik gratis (berangkat pada 23 Juli 2014) dan program "Ketupat" (keuntungan berlipat empat).

 

Untuk program Ketupat, menurutnya, konsumen yang membeli produk elektronik pada periode 1 hiingga 31 Juli 2014 khusus di toko Jawa dan Bali akan mendapatkan beberapa keuntungan.

 

"Setiap beli AC, mesin cuci, kulkas mendapat empat keuntungan, yaitu diskon hinga 20 persen, plus dapat 6 botol ABC squash orange sirup 630 ml, plus cicilan nol persen selama 6 bulan jika menggunakan kartu kredit Mega, Citibank, Danamon, BCA, plus hadiah langsung jika memakai kartu kredit Mega," katanya.

 

Selain promo tersebut, ia mengungkapkan, ada juga  promo mudik gratis 2014 bagi para pelanggan. Program mudik gratis ini bisa melalui pesawat, kapal laut, kereta api, bus dan mobil Alphard plus supir dengan program keberangkatan 23 Juli 2014.

 

Cara medapatkannya adalah dengan megumpulkan cap yang akan diberikan untuk pembelanjaan Rp150 ribu. Cap ini harus dikumpulkan dan nantinya ditukarkan dengan tiket mudik gratis.

 

Dia melanjutkan, konsumen perlu mengumpulkan 35 cap untuk pesawat terbang, 25 cap untuk mudik kapal laut, 20 cap mudik kereta api, 10 cap mudik bis.

 

Para pelanggan yang sudah memiliki tiket mudik bis bisa ikut undian mudik gratis mewah bersama keluarga dengan alphard plus supir dengan tujuan pulau Jawa

 

"Jadi sistemnya siapa cepat dia dapat dengan periode pembelanjaan 4 Juni 2014 sampai 16 Juli 2014," katanya.

 

Satria menambahkan, perseroan menyediakan 1.435 tiket pesawat, 100 tiket kapal laut, 200 tiket kereta api, 5.000 tiket bus, 44 tiket mudik mewah keluarga dengan Alphard plus supir.

 

"Kapan lagi bisa mudik dengan mobil mewah satu minggu dan disupirin juga," katanya.

 

Satria menambahkan juga ada promo untuk produk merk tertentu seperti tematik khas lebaran.

 

Lain lagi dengan PT Matahari Putra Prima Tbk. Fernando Repi, Corporate Communication Matahari Putra Prima, mengatakan pihaknya menawarkan berbagai promo yang bekerja sama dengan beberapa bank. Sayangnya, dia tidak menyebut dengan bank apa saja.

 

Dia memastikan perolehan omzet selama Ramadan dan Lebaran pasti melonjak. Peningkatannya bisa mencapai satu hingga 1,5 kali lipat dibandingkan dengan bulan biasanya.

 

Menurutnya, di awal Puasa, konsumen belum terlalu banyak. Namun, setelah mendapatkan tunjangan hari raya (THR), konsumen langsung melonjak.

 

Dia memaparkan, berkaca dari Ramadan sebelumnya, perseroan melihat adanya pola pembelian konsumen.

 

Pertama, sebelum Ramadan, konsumen banyak membeli makanan dan minuman jadi. Pada awal Ramadan, yang banyak dibeli adalah pengharum ruangan dan alat-alat kebersihan.

 

Kemudian berubah menjadi belanja elektronik dan kebutuhan parcel. Terakhir, menjelang Lebaran, pembelian biskuit yang meningkat.

 

"Semua itu, pasti diikuti belanja pakaian dan kopiah. Tetapi, kami tidak terlalu banyak menyediakan pakaian," imbuhnya.

 

Pedagang Musiman
 

Tak terkecuali bagi para pedagang musiman. Salah satunya di Bendungan Hilir. Lokasi ini  selalu menjadi surga bagi para pencari takjil khususnya para pekerja yang bekerja di sekitar jalan Sudirman, Jakarta. Setiap hari di sini dijajakan panganan mulai dari kue-kue kering, basah, kolak, hingga lauk pauk

 

Pedagang di sini bahkan sudah mulai berjualan sejak pukul 11 siang untuk memenuhi kebutuhan mereka yang akan membeli takjil atau lauk pauk. Saat jam pulang kantor, yakni sekitar 16.00, lautan manusia memadati lalu lintas di jalan itu.

 

Yoga, salah satu penjual makanan, mengatakan pada hari biasa, dia berdagang makanan di kantor BNI di Dukuh Atas. Dia mengaku, sudah mengikuti bazar di sepanjang jalan Bendungan Hilir sejak pertama kali dibuat yakni tujuh tahun lalu.

 

Dia menjajakan lauk pauk seperti gulai cumi, rendang, gulai ayam, daun pepaya hingga semur jengkol. Harganya rata-rata dipatok Rp15 ribu. Keuntungan yang didapatkannya pun dinilai cukup lumayan. "Satu hari itu omzetnya sekitar Rp5 juta," katanya.

 

Pedagang musiman lain yang ketiban berkah Ramadan yakni penjual timun suri. Saat ditemui VIVAnews, Agung, sedang teliti menjajakan dagangannya di bilangan Bintaro, Jakarta Selatan yang dekat dengan rumahnya.

 

Panas terik dan peluh tak melunturkan semangatnya. Dia terus memilah satu per satu buah berdasarkan urutan. Lalu diletakkan pada meja berukuran satu kali dua meter. Besar di sisi kanan, kecil di sisi kirinya.

 

Agus berjualan mulai pukul 15.00 hingga menjelang maghrib. Sebelumnya, dia mengaku kerja serabutan. Tapi, saat Ramadan, dia beralih menjadi pedagang timun suri.

 

Harga timun suri yang dijual berkisar Rp10 ribu hingga Rp15 ribu. Dia mengatakan, timun suri yang dijualnya ia beli sendiri di Bogor. Dengan modal awal Rp3 juta, dia berharap dapat meraih untung seperti Ramadan tahun lalu.

 

Namun, imbuhnya, menjual timun suri memiliki risiko rugi yang tinggi. Karena buah ini cepat membusuk, sehingga harus segera dijual cepat. Sementara, jika cuaca kurang mendukung, dia pun harus menanggung rugi.

 

"Misalnya harus jual sekarang, lalu tiba-tiba hujan dan buah sudah dalam kondisi terbelah, itu pasti hancur dan sudah tidak bisa terjual," ujarnya.

 

Baju Lebaran
 

Tradisi berlebaran dengan baju membuat penjual baju turut kecipratan berkah. Nani Nurhayati mengaku, penjualannya laris ketika bulan Puasa, terlebih hari-hari menjelang Idul Fitri. Biasanya, per hari dia mendapatkan pendapatan Rp300 ribu. Kalau per bulan pendapatan yang diraup itu sebesar Rp7-9 juta.

 

"Kalau Lebaran, tiga minggu sebelum Lebaran, saya dapatnya Rp20 juta," kata Nani kepada VIVAnews di Bekasi.

 

Pembelinya pun berasal dari warga yang tinggal di lingkungan rumah toko (ruko) yang disewanya. Adapun baju yang menjadi favorit konsumen adalah kaos, kemeja, gamis, busana muslim, dan kemeja, baik pakaian dewasa maupun pakaian anak-anak. Harga dagangannya pun beragam, mulai dari Rp65-100 ribu per potong.

 

"Atasan itu harganya Rp65-100 ribu, kemeja Rp65-100 ribu, dan busana muslim harganya Rp75 ribu. Ada juga celana jeans yang hargaya Rp95 ribu," kata dia.

 

Harga tersebut bukanlah harga pas dan masih bisa ditawar. Nani mengaku pihaknya masih bisa menurunkan harga sesuai dengan tawaran pembeli.

 

"Kami mengambil keuntungan 40 persen. Tapi, kalau lagi sepi, kami bisa ambil keuntungan 30 persen," ujar pemilik "Seilla Collection" itu.

 

Ibu beranak dua itu mengaku mulai berbisnis pakaian itu sejak tahun 2008. Dia beralasan berdagang baju berisiko rendah daripada berisiko makanan. "Baju risikonya nggak terlalu banyak, awet nggak kayak makanan," kata dia.

 

Yang kedua, Nani memang menginginkan berbisnis, bahkan sejak SMA. Tapi, baru tersanpaikan tahun 2008. Nani mengaku berjualan pakaian merupakan pekerjaan sampingan di samping pekerjaannya sebagai karyawan swasta di suatu industri.

 

Untuk modal, awalnya Nani merogoh kocek Rp5 juta. Itu pun digunakan untuk membeli pakaian dagangan. Kini, total modal yang dikeluarkan untuk berdagang sudah mencapai Rp80-100 juta. Itu pun digunakan untuk membeli baju dan membayar sewa toko.

 

"Awalnya, sih, berawal dari pakaian batik. Semuanya isinya batik soalnya agak booming saya pikir. Selama dua tahun kok batik agak redup. Akhirnya, saya menyesuaikan bagaimana caranya toko saya tetap hidup. Saya coba-coba berjualan baju-baju dewasa, seperti muslim, pakaian ABG, dan baju anak. Tapi, batik masih saya pertahankan, seperti kemeja dan daster," kata dia.

 

Nani melanjutkan, dirinya dan suaminya yang mengelola toko itu. Dirinya pun terus mengikuti tren yang berkembang di masyarakat. Sebab, setiap minggunya tren bisa berubah.

 

"Kami selalu mengikuti tren di Tanah Abang. Kami melihat masyarakat sering pakai apa? Tren itu bisa berubah setiap minggu," tutur dia.

 

Hotel dan Restoran
 

Lalu, bagaimana dengan bisnis hotel dan restoran? Ramadan pada tahun ini memberikan tantangan tersendiri bagi sektor-sektor ekonomi di Indonesia. Ada bidang usaha yang omset meroket tinggi pada bulan ini, ada pula yang peningkatan omsetnya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, apa penyebabnya?.

 

Ramadan 1435 hijriah tahun ini jatuh pada Juli, bertepatan dengan musim liburan sekolah. Pada masa itu, industri perhotelan khususnya di daerah destinasi wisata biasanya ketiban untung dengan melonjaknya tingkat hunian kamar selama periode itu.

 

Kepada
VIVAnews
, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Wiryanti Sukamdani, menjelaskan penurunan tingkat hunian hotel yang biasanya ramai di musim liburan sekolah pada tahun ini sekitar 20 persen.

 

Jika pada masa liburan sekola hunian hotel bisa sekitar 60-70 persen di kota-kota destinasi wisata dan kota besar, seperti, Jakarta, Jogja, Surabaya, dan beberapa kota lainnya. Pada tahun ini, karena berbarengan bulan Ramadan, tingkat hunian hotel musim liburan hanya terisi 50 persen.

 

"Banyak kegiatan yang juga ditunda sampai Agustus," tambah Wiryanti.

 

Namun, dia mengungkapkan, ada satu destinasi wisata yaitu Bali yang tidak terpengaruh efek Ramadan. Hal tersebut karena, Pulau Dewata mayoritas dikunjungi oleh wisatawan asing.

 

Sebagian masyarakat yang tidak melakukan kegiatan mudik juga memilih Bali sebagai destinasi wisatanya. "Yang menarik kalau Bali itu stabil, tidak terpengaruh, jadi yang tidak mudik, rata-rata liburan ke Bali," ungkap Wiryanti.

 

Lebih lanjut, dia optimistis, meskipun industri ini mengalami penurunàn omzet, pada 10 hari menjelang Lebaran akan terjadi peningkatan hunian hotel di beberapa daerah destinasi pemudik Lebaran. Hal tersebut diharapkan dapat menutup penurunan keuntungan yang terjadi di musim liburan sekolah.

 

Berbeda dengan bidang usaha perhotelan, pada musim liburan sekolah yang bertepatan dengan Ramadan ini, pengusaha-pengusah Restoran justru meraup untung signifikan. Omzet yang mampu diraup berkisar 20-50 persen dari musim liburan biasanya.

 

Hal tersebut dikarenakan adanya berbagai macam paket buka puasa ditawarkan Restoran kepada konsumen.

 

"Biasanya Sabtu-Minggu doang ramainnya ini bisa tiap hari," ungkap Wiryanti.

 

Peningkatan terbesar itu terjadi pada Restoran kelas menegah dan kelas bawah. Restoran kelas itu biasanya berada di tempat-tempat perbelanjaan atau di warung kaki lima baik yang permanen maupun yang dadakan.

 

Hal tersebut dipengaruhi peningkatan kelas menegah di Indonesia saat ini. "Kalau yang kelas-kelas atas kan punya market sendiri, mereka tidak terpengaruh dan cenderung stabil," kata Wiryanti. (ren)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya