SOROT 299

Berlomba ke Mars

peluncuran roket atlas 5 untuk misi Mars
Sumber :
  • REUTERS/Joe Skipper

VIVAnews – Eksplorasi ke Planet Mars telah menjadi obsesi banyak negara, tidak hanya pemerintah tapi juga swasta. Adanya dugaan ilmiah bahwa Bumi dan Mars punya kemiripan membuat manusia berharap suatu saat habitat mereka bisa pindah ke sana jika suatu saat Bumi tak bisa lagi menampung populasi manusia, atau ketika suatu waktu hancur karena ancaman asteroid atau bencana lain.

Di antara sistem tata surya yang dihuni Bumi - berdasarkan temuan sementara para peneliti - Mars diyakini punya tanda-tanda kehidupan. Namun apakah kehidupan itu cocok dengan manusia masih harus diteliti lagi. Itulah sebabnya dalam beberapa dekade terakhir kian sering misi penjelajahan ke Mars, yang berjarak dari Bumi antara 55 juta km hingga 103 juta km - tergantung dia mengorbit. 

Salah satu yang paling giat dalam misi itu adalah Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA. Sejauh ini NASA baru mengirim kendaraan robot ke Mars, yang berjuluk "planet merah" dan tengah mempelajari kemungkinan mengirim astronot ke sana. Namun, belakangan ini, sudah ada sejumlah perusahaan swasta yang berniat menjadi pihak pertama yang mampu menerbangkan manusia ke Mars.

Bahkan negara-negara maju lainnya juga menyatakan niat yang sama. Sayangnya pasokan dana menjadi kendala yang tidak bisa dielakkan.

Sejak Teleskop ditemukan di era 1600 lalu, impian untuk mengeksplorasi tata surya pun muncul. Setelah enam kali kegagalan peluncuran roket untuk membawa pesawat ke orbit, Mariner 4 akhirnya sukses mendekat ke orbit. Nasa mendapatkan gambaran yang dekat tentang Mars pada 1965. Sejak saat itu, mereka tertantang untuk mengeksplorasi lebih jauh. Bahkan temuan batu dan mineral yang ada di Mars memperkuat pendapat para astronom jika Mars merupakan tempat alternatif untuk ditempati manusia.

Tergantung Air

Menurut laman resmi Nasa, seperti halnya Bumi. Mars juga memiliki kutub es dan awan di atmosfer, berikut dengan cuaca musiman, gunung berapi, lembah dan elemen lain yang hampir sama dengan bumi. Namun kondisinya masih sangat liar.

Viral Dugaan Pelecehan Seksual Mahasiswa Undip, Korban Curhat Malah Dicekoki Miras

Selama 30 tahun melakukan eksplorasi, satu hal yang sangat menggembirakan adalah adanya mineral air di Mars. NASA berpendapat, dimana ada air di sanalah manusia bisa hidup. Jika Mars memiliki kandungan air di dalamnya maka pasti ada kehidupan mikroskopik yang berkembang.

Hingga saat ini setidaknya ada 60 meteorit yang ditemukan berasal dari Nasa. Beberapa di antaranya disinyalir pernah terkena paparan mineral. Beberapa meteorit Mars bernama Basaltic Shergottites diteliti memiliki karbon dan sulfat. Sedangkan meteorit lain, diberi nama Nakhlites, pernah memiliki kandungan air sekitar 620 juta tahun lalu.

Tahun 1971, pesawat luar angkasa Mariner 9 memperjelas itu semua. Gambaran mengenai adanya lembah sungai dikirimkan oleh Mariner 9 ke pusat data Nasa. Lembah air itu sangat panjang, bahkan ribuan kilometer. Penelitian 2010 memetakan ada sekitar 40.000 lembah sungai di Mars.

Temuan batu dan mineral yang didapat dari Nasa membenarkan teori bahwa Nasa dan Bumi memiliki kesamaan kondisi pada 3,8 hingga 3,5 miliar tahun lalu. Bahkan Mars disinyalir memiliki kondisi yang lebih hangat dibanding saat ini.

Karena air merupakan kunci kehidupan manusia, Nasa pun melakukan misi untuk mencari tahu kondisi kedalaman planet itu. Sejak 1960-an, robot dan satelit luar angkasa diluncurkan untuk memonitor kehidupan Mars. Mulai dari Mariner, Viking, Mars Odyssey, Exploration Rovers, Reconnaissance  Orbiter, hingga Phoenix Lander.

Spirit, robot penjelajah Mars milik NASA

Wow, Pegawai ASN yang Pindah ke IKN Bakal Dapat Satu Unit Apartemen Layak Huni

Salah satu robot penjelajah Mars milik NASA.

Oleh karena itu, Nasa kemudian membuat program bernama ‘Follow the Water’ sejak 1996 hingga 2013 lalu seiring dengan proyek mengeksplorasi kemungkinan adanya habitat di Mars (Explore Habitability) dan mencari tanda-tanda kehidupan (Seek Signs of Life). Nasa terus melanjutkan proyek tersebut melalui persiapan pengiriman manusia ke Mars. Target yang dipaparkan dalam proposal Nasa itu menunjukkan bahwa 2030 nanti Nasa sudah bisa mengirimkan manusia ke planet merah itu.

Uang Segalanya


Meski roadmap-nya sudah jelas, untuk bisa mengirim manusia 10 tahun lagi, hal itu dirasa NASA tidak akan bisa terwujud. Mereka pun meralat target bisa mengirimkan manusia ke Mars pada 2035.

Peneliti NASA, Dr Ellen Stofan dan Kepala Teknologi NASA Jim Adams mengatakan, penting untuk mengirimkan manusia untuk meneliti keadaan di Mars. Jika misi pengiriman ini dilakukan sejak saat ini, bukan tidak mungkin Mars bisa dijadikan tempat koloni alternatif manusia, selain Bumi.

“Selama ini misi robot menghasilkan temuan yang ambigu. Robot tidak memberikan keyakinan apakah ada kehidupan di Mars. Oleh karena itu untuk bisa menjawab pertanyaan itu dibutuhkan keterlibatan ilmuwan. Ilmuwan harus berada di permukaan Mars untuk bisa meneliti planet itu,” kata Stofan seperti dikutip Phys.org.

Namun begitu, Stofan mengakui, butuh waktu lama untuk mengembangkan teknologi yang bisa membawa manusia ke Mars. Jika manusia bisa ke bulan dan bertahan di sana, itu dikarenakan kebanyakan mereka ditempatkan di orbit Bumi yang terendah. NASA mengandalkan sistem di Bumi untuk bisa membuat para astronot bertahan hidup. Perjalanan ke Mars dibutuhkan waktu berbulan-bulan.

NASA menargetkan akan mengirim manusia ke Mars pada 2035, atau 20 tahun dari sekarang. Sayangnya, kendala yang dihadapi Nasa sejatinya bukanlah masalah teknologi, melainkan pendanaan.

NASA mengatakan jika misi ke Mars 2035 sangat mungkin saja tercapai jika mereka mendapatkan bantuan dari seluruh dunia dan juga uang miliaran dolar dari pendanaan publik. NASA mendapatkan hanya  sebesar 0,5 persen dari total anggaran pemerintah. 

Untuk 2014 saja, Obama mengajukan anggaran sekitar US$17,7 miliar untuk Nasa. Pengajuan ini dilakukan setelah pemerintah dalam beberapa tahun sebelumnya memotong anggaran NASA akibat resesi.

Seperti dilansir Daily Mail, anggaran pemerintah pada 2015 nanti yang dialokasikan untuk Nasa hampir sama, sekitar US$17,9 miliar. Budget tersebut telah disetujui, namun tidak semua digunakan untuk eksplorasi ke Mars .

Selain untuk menghentikan misi Mars Odyssey tahun 2016 nanti, yang kemudian akan dilanjutkan dengan misi Curiosity sebagai penggantinya, akan memakan anggaran US$59,4 juta, dan US$15 juta untuk misi Europa. Nasa juga mengharapkan US$1,1 miliar untuk penerbangan komersial ke ISS.

Tantangan Pihak Ketiga

Langkah NASA untuk memuseumkan pesawat antariksa nya pada 2011 lalu membuat badan itu kemudian memiliki ketergantungan pada pihak lain. Misalnya saja dengan Rusia. Seperti diketahui, Rusia memiliki kapsul Soyuz yang mampu melintasi jarak 400 kilometer untuk mengangkut awak ISS.

Bahkan Rusia telah mengeluarkan pernyataan untuk membandrol  satu tiket ke luar angkasa sebesar US$70 juta. Jika tidak membayar, Rusia tidak segan-segan untuk ‘mendepak’ Amerika dari ISS. Jika konflik terjadi antara kedua negara maka Amerika mungkin akan beralih ke Tiongkok. Namun sayang, Tiongkok bukan salah satu negara yang ikut dalam misi ISS. 

India juga telah mencanangkan untuk eksplorasi ke Mars tahun ini. Mereka telah menyiapkan satelit seharga US$75 juta, atau 3 kali lipat lebih rendah ketimbang dana pembuatan satelit Maven Nasa, sebesar US$671 juta.

Oleh karena itu, untuk tetap mempertahankan posisi sebagai badan peneliti luar angkasa nomor satu di dunia, Amerika membuka peluang bagi perusahaan swasta di negaranya untuk bisa mengeksplorasi Mars. Beberapa perusahaan yang dimaksud adalah Mars One, SpaceX, Boldy Go, dan Virgin Galactic.

Virgin Galactic merupakan perusahaan milik Richard Branson yang awalnya hanya ingin menyediakan perjalanan wisata ke bulan. “Kami pasti bisa pergi ke Mars,” kata Branson kepada TEDxWallStreet. Namun rencana itu tidak akan bisa berjalan jika dilakukan sendirian. Menurut Branson, semua akan berjalan berkat bantuan kerja sama dengan pihak internasional.

Oleh karena itu Branson belum akan memfokuskan bisnis pada eksplorasi ke Mars, melainkan berkonsentrasi pada wisata ke bulan yang dibandrol US$250.000 untuk satu orang. Namun begitu, ia berharap akan tetap menjadi orang pertama yang memulai populasi di Mars.

SpaceX mungkin adalah perusahaan yang sangat antusias dengan proyek ke Mars ini. Bahkan CEO SpaceX, Elon Musk sempat sesumbar untuk bisa mengalahkan target Nasa ke Mars.

Jika NASA bisa mengirim manusia ke Mars pada 2035 nanti, SpaceX optimistis mampu menerbangkan manusia pada 2026. Musk yakin, perusahaan yang dipimpinnya akan mampu mengalahkan proyeksi NASA itu.

Dilansir melalui Independent.co.uk, Jumat 20 Juni 2014, Musk memotong proyeksi NASA menjadi 2026. Sebagai pemilik perusahaan pembuat kapal luar angkasa, Musk yakin bisa mengirimkan manusia ke Mars dalam kurun 10 hingga 12 tahun ke depan.

Optimisme yang dilayangkan Musk jauh lebih dekat ketimbang prediksi NASA. SpaceX akan mencari pendanaan publik untuk mendukung percepatan misi ke Mars. Sebagai pendanaan alternatif, SpaceX membandrol satu tiket ke Mars senilai US$500.000 dengan target penumpang 10 orang pada 2020 nanti.

BoldyGO Institute telah merencanakan mengirim pesawat ulak-alik ke Mars untuk membawa kembali debu dari atmosfer pada tahun 2018. Saat ini, BoldyGO Institute sedang dalam tahap mencari donatur untuk misinya mengalahkan NASA ke planet mars. Dana tersebut ditujukan ke pihak swasta, tidak berlaku bagi organisasi nirlaba. Diharapkan dana yang terkumpul mencapai US$1 miliar.

Mars One kini tengah merancang misi ke Mars untuk tahun 2024. Organisasi ini berencana untuk menjadikan Mars sebagai rute perjalanan umum dari Bumi. Direncanakan Mars One akan mengirimkan empat orang pada perjalanan ke planet merah setiap dua tahun mulai tahun 2024. Sebelum itu terlaksana, organisasi yang berbasis di Belanda ini akan melakukan percobaan terlebih dahulu.

Dalam pengumumannya, seperti dikutip dari laman Space.com, Mars One akan mendorong demonstrasi satu set muatan untuk meluncur ke planet merah itu tahun 2018. Mars One akan mengambil sampel ekstraksi air di tanah Mars, produksi air, tes panel surya, sistem kamera yang terkoneksi dengan satelit di Mars yang akan dihubungkan dengan Bumi melalui video.

Menurut Arno Wielders selaku Chief Technical Officer Mars One, ide-ide tersebut tidak hanya digunakan untuk pendaratan pada tahun 2018, melainkan memberikan landasan pertama bagi kehidupan manusia di Mars.

Selain pendanaan dan ‘pecutan’ dari pihak luar, tantangan terbesar lainnya adalah membawa beban 30 hingga 40 ton ke Mars. Itu merupakan beban minimal yang dibutuhkan untuk membangun habitat di Mars. Untungnya, Nasa baru-baru ini sepakat dengan Boeing untuk memproduksi roket berukuran 382 kaki senilai US$2,8 miliar. Roket ini mampu membawa beban seberat 143 ton.

Untuk urusan bahan bakar, kemungkinan besar yang paling ideal adalah energi nuklir. Menurut laman Space.com, bahan bakar nuklir mampu menyingkat waktu perjalanan ke bulan hampir 50 persen. Namun dampak radiasi harus diperhatikan jika ingin menggunakan teknologi ini.

Kemungkinan 2017 nanti NASA sudah bisa memproduksi pesawat luar angkasa kembali sehingga misi ke Mars kemungkinan besar bisa dipercepat. Namun harapan tidak selalu tertuju ke NASA karena ada perusahaan swasta yang akan membantu mewujudkan hal itu. (ren)

Pembangkangan Terhadap UU Telekomunikasi, Pengusaha Ilegal Ini Diancam Hukuman Pidana
Ilustrasi simbol bendera PDIP saat Peringatan puncak Bulan Bung Karno 2023 di GBK

PDIP Harus Ambil Langkah Taktis jadi Oposisi Prabowo, Jangan Tersandera Hak Angket

PDIP masih berjaya di Pileg 2024 sehingga kursi Ketua DPR otomatis jadi jatahnya. PDIP masih bisa memainkan peran yang taktis di parlemen DPR untuk jaga marwah politiknya

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024