SOROT 284

Meraup Laba di Musim Pemilu

Harry Tanoesoedibjo menggunakan helikopter saat kampanye di Depok
Sumber :
  • VIVAnews /Zahrul Darmawan

VIVAnews – Sebuah helikopter melayang di tengah kampung. Derum mesinnya menyisakan denging, dan kibasan baling-baling membuat udara seperti diaduk angin ribut. Heli itu lalu dengan santai turun menyeruak kerumunan warga, dan mendarat di tengah lingkaran manusia di sebuah tanah lapang.

Tentu tak setiap kali ada heli turun di kampung Sindangkarsa, Sukamaju Baru, Tapos, Depok. Pada hari itu, 18 Maret 2014, rupanya ada tamu istimewa. Dari pintu heli muncul seorang lelaki berwajah bersih dan klimis. Ia berkemeja putih lengan pendek. Di bagian dada ada logo partai, dan emblem nama yang terbaca terang: Hary Tanoesoedibjo.

Hary, calon wakil presiden Hanura sekaligus bos MNC Grup ini pun sontak dikerubungi warga.  Orang tua dan anak-anak berebut salaman. Bersama sejumlah kader dan simpatisan, dia berjalan menuju Lapangan Sanca, tempat kampanye terbuka yang jaraknya beberapa ratus meter dari lokasi heli tadi.

Hary adalah tokoh partai yang kerap menggunakan helikopter untuk melawat ke berbagai tempat. Ia hendak membuat waktu lebih singkat. "Tadi saya dari Cianjur langsung ke sini," ujar Harry pada VIVAnews saat menuju panggung orasi. Sejam lalu dia memang masih di Cianjur untuk acara yang sama: kampanye partai Hanura.

Siapa meraup laba?

Di tengah padatnya jadwal kampanye, mencari alat angkut cepat adalah kebutuhan mendesak. Tentu, untuk mencakup wilayah kampanye yang luas, para caleg dan tokoh partai politik harus punya alat angkut andalan.

Bagi Hari Tanoe dan Hanura, menyewa heli atau pesawat adalah pilihan tepat. Lagipula uang bukan masalah buat para taipan seperti Hary. Dana kampanye Hanura pun lumayan gapuk. Menurut laporan kepada KPU, isi pundi kampanye partai itu sebesar Rp241 miliar. (lihat ).

Partai lain yang juga buncit dompetnya juga melakukan hal sama. Maka jadilah, uang bertebaran di mana-mana. Ini gejala musiman. Pada Pemilu 2009 lalu, misalnya, Bank Indonesia mencatat ada kenaikan peredaran uang. Pada 18 Maret 2009, uang beredar hanya Rp226,27 triliun. Tapi pada Pemilu 9 April 2009, jumlah uang melonjak jadi Rp236,29 triliun. Artinya, ada peningkatan sebesar Rp10 triliun.  Besar dugaan, itu disebabkan banyak calon legislatif mengumbar isi kocek mereka.

Hasrat belanja peserta pemilu, baik partai politik maupun caleg, diperkirakan membuat geliat ekonomi jadi bergairah. Bayangkan, dalam masa kampanye ini, mulai 16 Maret hingga 5 April 2014, entah berapa triliun rupiah mengucur dari dompet peserta pemilu dan pindah ke saku pelaku bisnis. Tak terkecuali bagi usaha kecil dan menengah (Lihat bagian 3 Sorot: ).

Lalu, bisnis apa saja yang menikmati berkah pemilu pada tahun ini?

Pesawat carteran

Salah satu bisnis yang menggiurkan adalah pesawat carteran. Di tahun politik, di mana para caleg harus rajin berkunjung ke daerah pemilihan, menyewa pesawat dianggap paling efektif ketimbang ikut jadwal regular maskapai penerbangan.
     
Ketua Indonesia National Air Carriers Association (Inaca), Denon Prawiraatmadja, kepada VIVAnews, mengatakan, banyak kemudahan dari pesawat carteran. Koordinasi jauh lebih gampang. Waktu penerbangan pun fleksibel, disesuaikan kebutuhan si penyewa.

Tapi, untuk pemilu tahun ini sepertinya para caleg lebih hati-hati menyewa pesawat. Soalnya audit dana pada Pemilu 2014 lebih ketat. Enggan punya perkara di belakang hari, akhirnya para caleg memilih penerbangan berjadwal.

Itu sebabnya, saat kampanye pemilihan calon legislatif kebutuhan pesawat carteran tak terlalu besar. “Perkiraan kami, penyewaan pesawat carteran mulai naik pada akhir April setelah pileg selesai, dan pemilihan presiden dimulai," ujar Denon.
 
Dua hingga tiga bulan sebelum pemilihan presiden, biasanya tim sukses para capres banyak yang melakukan riset pesawat carteran. Belajar dari pemilu lalu, Denon mengungkapkan, satu capres akan meminjam pesawat selama tiga hingga empat hari. Dalam rentang waktu itu, pesawat biasanya akan menuju beberapa lokasi berbeda.

Tetapi, ke mana tujuan terbanyak pesawat carteran ini? "Paling banyak ke daerah timur  Indonesia," kata Denon. Dia menambahkan, pesawat yang melayani tujuan timur Indonesia tak sebanyak ke barat. Akibatnya, kalau mau ke wilayah timur, antrean penerbangan komersial lebih lama. Belum lagi bila pesawat itu delay. "Saat kampanye, pesawat carteran jarang sekali dipakai untuk tujuan wilayah barat," ujarnya.

Peningkatan sewa pesawat carteran pada tahun politik ini, kata dia, mencapai 30-40 persen dibandingkan tahun-tahun biasa. Angka itu hampir dirasakan di seluruh maskapai tidak berjadwal.

Pemilu juga menjadi trigger yang baik bagi industri penerbangan untuk bernapas kembali. Sebab, pada 2013, bisnis penerbangan tak terjadwal ini malah turun 5,8 persen. "Kalau sekarang, kami optimistis bisa tumbuh sampai dua digit," ujarnya.

Lalu, berapa kocek yang harus dirogoh para caleg untuk menyewa satu pesawat?

Dia mengungkapkan, untuk pesawat jet, tarif sewa US$6.000-14.000 atau setara Rp72-168 juta per jam terbang. Mahalnya tarif ini bergantung pada banyaknya kursi dan besarnya pesawat yang disewa.

Untuk helikopter, harga sewa bergantung pada mesin yang dipakai. Ia menuturkan, untuk heli single engine sewa per jam terbang sekitar US$2.500-3.000 atau setara Rp30-36 juta. Sementara itu, untuk pesawat twin engine harga sewa US$5.000-6.000 atau setara Rp60-72 juta per jam terbangnya.

Hotel

Tak hanya pesawat carteran, kampanye terbuka yang sedang berlangsung saat ini turut mendongkrak tingkat hunian hotel berbintang. Salah satunya di Yogyakarta. Banyak hotel berbintang bertarif mahal telah dipesan jauh-jauh hari. Biasanya hotel ini untuk tempat menginap pimpinan partai politik yang lagi turba berkampanye terbuka.

"Pengurus parpol sudah memesan hotel sejak dua minggu sebelum pelaksanaan kampanye terbuka berlangsung. Namun, sayangnya, mereka hanya memesan hotel berbintang, sedangkan hotel non bintang masih sepi tamu," kata Deddy Pranowo Eryono, Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, kepada VIVAnews.

Pesanan kamar hotel itu langsung mendongkrak jumlah kamar hotel yang terjual. Apalagi, saat low season pada Maret ini. Hotel berbintang hanya mengandalkan kedatangan tamu domestik. Tingkat okupansi biasanya merosot tajam dibandingkan musim liburan atau akhir tahun.

"Saat ini, tingkat hunian hotel bintang mencapai 60 persen hingga 80 persen, sedangkan hotel non bintang hanya sekitar 30 persen tingkat huniannya," dia menjelaskan.

Angka itu menggambarkan panen keuntungan hotel berbintang. Tingkat hunian hotel berbintang di atas 60 persen sudah menjadi kondisi cukup baik bagi pengusaha.  Soalnya, persaingan hotel di Kota Gudeg itu cukup ketat. Hotel menjamur di mana-mana.

Ketua PHRI DIY, Istijab Danunegoro, juga mengakui, pasca hujan abu letusan Gunung Kelud pada 14 Februari lalu, hunian hotel turun drastis. "Hanya mencapai 22 persen pasca peristiwa itu," kata dia. Saat ini, Yogyakarta punya 63 hotel berbintang. Mulai dari bintang 3, 4, dan 5 dengan jumlah kamar 4.200. Tapi, kata dia, awal Maret bisnis hotel mulai menggeliat lagi. Dan itu karena musim kampanye.

Iklan politik

Bisnis periklanan juga punya peluang besar meraup laba. Apalagi partai politik menganggap iklan sebagai media promosi efektif, seperti televisi, radio atau media lainnya. Tak mengherankan, iklan politik pun terus mengalir deras. Pendapatan perusahaan iklan diperkirakan tumbuh 20 persen pada tahun ini.

"Ya, tahun ini, diperkirakan Rp140 triliun, tumbuh 20 persen dari 2013 yang sebesar Rp123-125 triliun," kata Ketua Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, Harris Thajeb, ketika dihubungi VIVAnews.

Iklan kampanye dan Piala Dunia 2014 menyumbang 5 persen atau berkisar Rp20 triliun, dengan porsi sama. Melihat pengalaman pada Pemilu 2004 dan 2009, parpol lebih gemar beriklan di TV, kemudian koran. Pemilu tahun ini tampaknya sama.

"Yang paling besar TV, 65-67 persen, koran 38 persen, dan yang lain-lain itu sisanya," kata dia.

Pekan lalu, beberapa partai politik besar memang mulai gencar beriklan. Bahkan, beberapa partai yang memiliki media, sudah mulai beriklan di pertengahan 2013.  Tak tanggung-tanggung, sebagian besar parpol rela membayar mahal demi tayang di program prime time dan halaman ketiga koran.

"Kalau kemarin, ada di program-program prime time dan halaman ketiga koran. Prime time itu antara pukul 19.00-20.30 WIB. Tarif per 30 detik itu sekitar Rp20 juta. Kalau koran, ya, tergantung masing-masing koran," kata dia.

DPRD Jambi Gelar Rapat Paripurna Penyampaian LKPJ Gubernur Jambi 2023

Pemilu tak hanya pesta demokrasi, tapi juga pesta laba bagi mereka yang jeli. (eh/np)

ilustrasi pelaku penipuan

Pemuda Kena Tipu hingga Puluhan Juta saat Hendak Beli Mobil untuk Ayahnya

Seorang pria bernama Aji mengalami nasib nahas ketika dirinya hendak membelikan sebuah mobil untuk sang ayahnya.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024