SOROT 279

Saling Tegang Dua Tetangga

usman harun sorot
Sumber :
  • Koleksi Museum Purna Bakti Pertiwi
VIVAnews -
Pengakuan Pelaku Begal Siswa SMP di Depok Usai Ditangkap: Incar Anak Sekolah Bawa HP
Orchad Road. Berbaris hotel mewah di situ. Pusat perbelanjaan dengan gerai merek dunia. Lihatlah ION Orchard, yang menyediakan gerai Ermenegildo, Louis Vuitton, dan Dior. Di situlah gerai utama Prada untuk kawasan Asia Pasifik. Kawasan yang dulunya kebun pala itu, sudah menjelma menjadi tempat menghibur diri. Memanjakan mata.

Harga Emas Hari Ini 26 April 2024: Global Anjlok, Antam Stagnan

Tapi tidak bagi Janet Ng. Orchard Road adalah rasa perih. Yang tidak ada obatnya  sampai kapanpun. Dan rasa sakit itu bermula dari sebuah sore 48 tahun silam. 10 Oktober 1965. Sebuah bom meledak di situ. Melumat bangunan. Mobil-mobil. Tiga orang tewas. Juga Elizabeth Choo, seorang wanita paruh usia yang merintis hidup pada sebuah bank di situ.
Dua WNI Batal Terbang ke Paris Akibat Boarding Pass dan Visa Tertukar, Kinerja Kedutaan Disorot


Ibu muda berusia 36 tahun itu meninggalkan enam anak. Masih kecil-kecil. Juga Janet Ng yang saat itu masih belia. Kisah anak-anak korban bom itu, belakangan ini kembali ramai di media massa Singapura, ketika negeri itu  bersitegang soal kapal fregat Usman Harun dengan Indonesia.

Sebagaimana luas dikabarkan Sersan Usman Mohammed Ali dan Kopral Harun Said adalah anggota Korps Komando Operasi (KKO) —kini namanya Marinir— yang ditugaskan meledakkan tempat itu, dalam masa perang 1965 itu. Sayang keduanya ditangkap. Lalu dihukum mati. Mati di medan perang demi negara jelas mereka pahlawan. Tidak semua orang mau senekat itu demi negara. Dan demi mengenang perjuangan mereka, kapal fregat yang baru dibeli dari Inggris itu, diberi nama Usman Harun.

Duka yang menghinggapi keluarga Usman Harun, mungkin sama perihnya dengan duka Janet Ng. Strait Times , media terbesar di Singapura, menulis pernyataan Janet soal kapal itu.  "Tiap kali saya melewati Orchard Road, di situlah ibu saya tewas, meninggalkan enam anak-anaknya sebagai yatim piatu dalam sekejap. Dia hilang di tipisnya udara malam. Kami benar-benar bergantung padanya untuk dapat bertahan hidup. Jadi untuk apa mereka (Indonesia) membawa kembali penderitaan kepada ketiga keluarga korban?"


Banyak yang menilai bahwa protes Janet itu mungkin ada benarnya,  jika keadaan saat itu sedang normal. Celakanya tidak. Pada tahun 1960-an itu situasi sedang genting. Presiden Soekarno gerah dengan pembentukan negara Malaysia dan berpisahnya Singapura.


Dua negara persemakmuran Inggris itu, bisa menjadi batu loncatan bagi barat menginvasi kembali Indonesia. Maka Usman dan Harun dikirim melakukan sabotase. Mereka sukses menerobos masuk. Lalu meledakkan pusat perkantoran Macdonald House di Orchard Road. Tiga orang tewas. 33 orang luka-luka. Singapura tegang.


Setelah tertangkap Usman dan Harun  diadili. Usman yang baru berusia 21 tahun dan Harun 25 tahun dihukum gantung pada 1968. Hukuman itu memicu gejolak dan kerusuhan di tanah air. Kedutaan Besar Singapura diserang massa.


Walaupun dianggap teroris oleh Singapura,  tentu saja jenazah keduanya disambut bak pahlawan di Indonesia. Atas semua pergorbanan itu mereka diberi gelar pahlawan. Gelar itu diberikan lewat SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968, yang diterbitkan Presiden Soeharto. Pangkat mereka dinaikkan. Dianugerahi bintang sakti secara anumerta. Dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata. Dihadiri hampir sejuta orang.


Bersama dengan dua pahlawan nasional lainnya, Bung Tomo dan John Lie, nama Usman dan Harun disematkan di KRI fregat TNI AL yang baru. Kementerian Pertahanan telah menganggarkan dana sebesar US$385 juta atau Rp4,6 triliun untuk memboyong kapal-kapal itu.


Singapura kebakaran jenggot. Lalu luncurkan protes. Menteri Luar Negeri mereka, K.Shanmugam, menegaskan bahwa nama Usman Harun itu menyakiti hati rakyat Singapura. “Terutama keluarga korban Usman Harun."  Suara keras sang Menlu disusul sejumlah petinggi lain. Perdana Menteri Lee Hsien Loong juga lantang bersuara. Menganggap Indonesia telah membuka luka lama dan tidak sensitif.


Dengar juga protes keras Menteri Tenaga Kerja Singapura, Tan Chuan-jin ini. "Memang penting untuk mengenang jasa pahlawan yang ikut pada perang. Memperjuangkan kemerdekaan. Atau mereka yang membangun negeri. Tapi ini hal lain. Kalian mengagungkan mereka yang telah melakukan hal brutal dan pengecut. Tidak ada yang heroik dari membunuh warga sipil tidak berdosa.”


Protes sekeras itu juga datang dari  Menteri Pembangunan Keluarga dan Sosial Chan Chun Sing, Wakil Perdana Menteri Teo Chee Hean dan Menteri Pertahanan Ng Eng Hen. Mereka mendesak agar Indonesia lebih memperhatikan perasaan rakyat Singapura. "Saya kecewa dengan episode ini. Saya harap pemimpin di Indonesia tidak akan mengorbankan hubungan bilateral kita, yang dibangun dengan kehati-hatian," kata Chan.


Bertahun-tahun sesudah 1965 itu, hubungan kedua negara  memang terus membaik. Indonesia adalah negara mitra dagang ketiga terbesar Singapura. Total perdagangan bilateral mencapai SG$79,4 miliar pada 2012. Hubungan memang sempat kembali menegang,  ketika Agustus 1988 sejumlah media menulis bahwa Menteri Riset dan Teknologi menyebut Singapura hanya, “
small little red dot
”, sebuah titik merah di antara Indonesia dengan Malaysia. Tapi Habibie memberi klarifikasi. “
The people quote wrong
,” kata Habibie.


Bukan Teroris


Singapura boleh saja protes keras. Indonesia tetap bersikeras. Nama Usman Harun itu sudah melewati diskusi yang panjang. Disahkan 12 Desember 2012. Jelaslah bagi Indonesia. Usman-Harun adalah pejuang. Pahlawan. "Saya tidak terima kalau Usman-Harun dinyatakan sebagai teroris. Dia adalah aktor negara, bukan aktor
non-state
, mereka adalah marinir," tegas Panglima TNI Jenderal Moeldoko.


Moeldoko menjelaskan bahwa kerjasama militer Indonesia-Singapura belum berubah paska protes penamaan KRI itu. TNI tetap mengamankan Selat Malaka. "Prinsipnya, Panglima TNI akan bekerja sama dengan siapapun dengan baik, tetapi kalau sudah berkaitan dengan kedaulatan negara
no way
. Kita punya sikap yang jelas dan tegas," kata dia.


Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro setali tiga uang. Tidak ambil pusing pada protes Singapura. Marty hanya mengatakan keluhan Singapura itu telah ditampung. Sementara Purnomo menegaskan bahwa penamaan Usman-Harun di KRI TNI AL telah melalui prosedur yang benar dan ketat.


Mantan koresponden pertahanan media Singapura,
Straits Times
, David Boey, dituduh ikut memanaskan suasana. Dalam sebuah artikel, dia menyarankan agar kapal Usman Harun tidak diizinkan melintas di perairan Singapura. Moeldoko menjawab dengan tegas bahwa itu urusan dalam negeri Singapura. Namun, kata dia, Singapura tak bisa melarang KRI Usman Harun melintasi perairan internasional. Termasuk Selat Malaka.


Sementara Purnomo menjelaskan bahwa KRI Usman Harun hanya akan berlayar di teritori Indonesia karena digunakan untuk melindungi RI. Rekomendasi Boey itu belum disambut pemerintah Singapura. Sejauh ini, reaksi keras Singapura adalah batal mengundang sejumlah petinggi militer RI ke acara pameran dirgantara terbesar di Asia, Air Force Show 2014.


Sebelumnya beberapa petinggi militer RI dijadwalkan hadir di acara itu. Di antaranya adalah Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal (Purn) Sjafri Sjamsoedin, Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Budiman dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Ida Bagus Putu Dunia. Namun undangan mereka kemudian dicabut sepihak oleh Singapura.


Tabur Bunga Lee Kuan Yew


Dalam buku "
Soeharto, The Untold Stories
", Abdul Rahman Ramly, yang saat itu berpangkat Letnan Kolonel Angkatan Darat menerangkan bahwa sebagai panglima tertinggi, Soeharto sudah berusaha semaksimal mungkin membela kehormatan Usman dan Harun. Pembelaan dan penghormatan kepada anak buah yang gugur sebagai bunga bangsa itu, kata Ramly, ditunjukkan Soeharto ketika PM Lee Kuan Yew hendak  berkunjung ke Indonesia dua tahun setelah hukuman mati.


"Pak Harto mempersilakan PM Lee datang dengan syarat harus meletakkan karangan bunga langsung di makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata, bukan di tempat yang biasanya tamu negara meletakkan karangan bunga, di kaki tugu makam pahlawan," kata Ramly.


Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Indonesia (Lemhannas) Budi Susilo Soepandji, mengatakan sebenarnya masalah Usman dan Harun ini telah selesai seiring tabur bunga yang dilakukan Perdana Menteri Singapura kala itu, Lee Kuan Yew, di makam keduanya. Kisruh nama KRI ini seharusnya tidak terjadi jika Singapura menyadari hal ini. "Seharusnya pemerintah Singapura mencontoh Lee Kuan Yew, yaitu memberi penghormatan kepada Usman dan Harun," tegas Budi.


Namun petinggi Singapura menilai sebaliknya.  Mereka sepakat bahwa masalah ini selesai dengan tabur bunga Lee itu. Namun menurut mereka Indonesia seharusnya tidak mengungkit kembali luka itu. “Kedua negara harus melupakan  masalah ini dan mulai membangun hubungan baik yang kita nikmati sekarang," kata juru bicara Singapura, Yap Neng Jye.




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya