Sorot 273

Mencari Kamar di Favela

Rocinha Hostel
Sumber :
  • www.airbnb.com
VIVAnews -
Nikita Mirzani Kembali Berhijab, Netizen: Istiqomah atau Pencitraan?
Datangah ke Favela. Niscaya dompet Anda bisa berbahagia. Dan Anda masih bisa mabuk kepayang dengan kemeriahan pesta bola dunia di negeri Samba itu. Favela bukanlah seorang gadis permai nan molek, yang memang bertaburan di negeri sepak bola itu. Favela adalah kawasan kumuh. Warga berjejal. Seperti semut di situ.

Heboh Pegawai Kristen Jadi Petugas Haji, Ayah Eki Vina Cirebon Muncul ke Publik

Tapi di tengah melangitnya sewa hotel menyambut Piala Dunia 2014 ini, Favela adalah perdamaian dengan dompet. Kawasan seperti ini menjamur di sejumlah kota besar di negeri itu. Banyak rumah penginapan kecil. Dengan harga sewa yang jauh dari hotel-hotel berbintang di pusat kota.
Top Trending: Kisah 2 Tokoh Hebat Minangkabau Murtad, Jenderal Bintang 1 Termuda Saat ini


Harga kamar hotel yang mencekik rekening, memang bikin mengkeret para penggila bola dari seantero dunia yang hendak ke sana. Para pebisnis hotel di sana mengerek harga gila-gilaan. Berjuta suporter yang datang ke Afrika Selatan empat tahun silam menjadi rujukan yang menggiurkan.

Dari hitungan resmi Federasi Sepakbola Dunia (FIFA), tercatat 3 juta orang lebih hadir di stadion menonton langsung Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan itu. Jumlah itu membengkak jika ditambah suporter yang berjejal di luar stadion. Total jumlah diperkirakan 7 juta manusia.

Dan di Brasil jumlah itu tentulah berlipat. Diramu dengan tempat berlibur yang menggiurkan, juga mengoda benak, jumlah turis yang datang diperkirakan sekitar 10 juta. Sudah pastilah mereka perlu penginapan. Permintaan tentu melonjak. Harga jadi kencang.

Bacalah laporan Daily Mail ini. Setidaknya ada 800 hotel resmi di 12 kota, tempat pesta bola ini dihelat. Harian itu menulis hasil survei Embratur, sebuah badan yang bergerak di bidang turisme. Mereka menemukan peningkatan harga lebih dari 500 persen pada tiap kota. Kenaikan sebesar itu diperoleh dari agen perjalanan, situs resmi hotel, dan juga situs resmi FIFA.

Lihatlah yang terjadi di Rio de Janiero. Satu kamar rata-rata dibanderol R$460 semalam. Setara Rp 2,3 juta. Di Sao Paulo lebih murah. Menyentuh bilangan Rp 1 juta lebih per malam. Jika Anda mengikuti ajang ini dari awal hingga final, silahkan berhitung  berapa uang yang disiapkan. Dimulai tanggal 12 Juni, ditutup 13 Juli 2014. 


Dan itu baru penginapan. Belum termasuk beli makan. Tiket pesawat. Serta membeli tiket masuk ke dalam stadion. Harga tiket masuk itu sudah pasti pula terbang tinggi dari Afrika Selatan. Lihat harga di Afrika itu. Satu tiket dibanderol sekitar Rp 200.000. Ini yang paling murah. Tempat yang agak memanjakan Anda dibanderol Rp1.6 juta.


Kursi partai final harganya dikerek tinggi. Di Afrika itu satu tiket dipatok Rp9 juta. Mahal memang. Diperkirakan harga tiket di Brasil itu meningkat 25 persen. Harga jadi berapa dari awal hingga final? Silahkanlah berhitung.


Meroketnya harga tiket di Brasil itu, sudah ramai dibicarakan komunitas bola dunia. Dan memang agak ironis. Sebab FIFA sesungguhnya sudah menunjuk MATCH untuk mengurus hotel. Termasuk menghitung harga yang masuk akal. Tapi inilah faktanya. Empat bulan sebelum hajatan dimulai, harga sudah dikerek duluan.


Sejumlah perusahaan travel, cemas dengan harga yang gila-gilaan itu. Brazil dengan alam yang permai dan bibir pantai yang eksotis itu, bakal dikenang sebagai negeri yang mahal dalam mengurus hajatan bola. Dan celakalah jika kesan mahal itu terus membekas hingga hajatan itu tuntas. Dunia pariwisata di sana bakal terpukul.


Sadar dengan ancaman itu, Embratur mendesak adanya restrukturisasi harga. “Kami melihat FIFA/Match sengaja menaikan harga lebih dari 40 persen dari jumlah kontrak dengan hotel. Ini yang membuat harganya menjadi naik secara signifikan," begitu bunyi desakan badan itu.


Salah seorang juru bicara badan itu menegaskan, “Kami ingin memastikan sukses ekonomi dan budaya negara ini tetap terjaga usai Piala Dunia 2014.” Jika tidak, kesuksesan itu cuma sekejab dan masa suram menunggu di depan.


Datanglah ke Favela


Pemerintah Brasil juga menyadari bahaya itu. Hotel yang mahal bisa memukul parawisata. Itu sebabnya mereka mati-matian menyulap Favela. Kawasan kumuh, yang bertaburan di sejumlah kota besar negeri itu, memang sohor menyeramkan. Para pelancong lazimnya menjauh menghindar.


Umumnya kawasan seperti itu dikuasai geng kriminal. Jaringan mereka bertahun-tahun berakar. Berkuasa atas segala lini bisnis di kawasan itu. Dari bisnis prostitusi, narkoba hingga memungut setoran dari rumah penginapan.


Demi membersihkan kawasan seperti itu, polisi dan tentara bahu membahu. Lengkap dengan kendaraan lapis baja dan pasukan tempur. Berperang dengan kelompok kriminal yang senjatanya juga lengkap.


Lihatlah yang terjadi di Rio de Janeiro. Di kota itu terdapat belasan Favela. Yang paling sohor adalah Favela Cruzeiro dan Alemao. Sohor karena dikuasai geng kriminal yang paling bringas. Ratusan polisi saja belum sanggup membuat para penjahat itu gemetar.


Ke sanalah tentara, lengkap  dengan kendaraan tempur lapis baja dikerahkan beberapa waktu lalu.


Pasukan marinir juga dikirim. Baku tembak berlangsung seru. Dan diperlukan 5 hari bagi militer menaklukan kelompok kriminal itu.


Kelompok bandit seperti itu, juga menguasai Favela di sejumlah kota. Namun, usai operasi besar-besaran yang diberi sandi "pacification", beberapa daerah pun sukses dibersihkan.


Operasi militer dengan budget mencapai R$ 11 juta itu bertujuan membersihkan favela-favela dari para bandit itu. Sampai pertengahan Juni 2013, sekitar 30 dari 100 favela telah dibersihkan oleh "Pacifiying Police Units" atau UPPs. Pada pergelaran Piala Dunia nanti, ditargetkan naik menjadi 40 favela.


Warga di Favela yang bersih sudah berbenah. Rumah penginapan mulai ramai. Pada salah satu Favela di tengah kota Rio, misalnya, ada sebuah hotel bernama Maze. Dikelola ekspatriat asal Inggris, Bob Nadkarni. Demi mencapai rumah singgah ini, turis harus melewati gang-gang sempit. Berdinding batu bata khas Tavares Bastos.


Rumah penginapan itu memang tidak semewah hotel. Kabel-kabel listrik terlihat mengelantung. Sebuah bar, salon, dan toko suvenir kecil berdiri di pojok hotel unik ini. "Orang datang kesini tidak ingin yang biasa. Hotel turis mungkin lebih nyaman dengan AC dan televisi. Itu sangat menenangkan," ujar Marluce da Silva, istri dari Nadkarni, pada
O Globo.


Sang istri menunjukan salah satu
guesthouse
terbaiknya. Dilengkapi
double bed
. Gantungan baju. Kamar mandi dengan pancuran. Dan sebuah balkon yang menawarkan pemandangan teluk Rio. Pada ajang Piala Dunia nanti, harganya jauh di bawah kamar hotel-hotel besar.


Harga murah di Favela itu memang diincar para suporter, termasuk fans Inggris yang dikenal paling fanatik membuntuti kesebelasannya.  Meski pemerintah "Negeri Elizabeth" itu sudah memperingatkan soal banyaknya kasus kejahatan di kawasan tersebut, harga miring di Favela itu tetap menggiurkan.

 

Berbeda dengan Maze yang sudah berbentuk seperti hotel, Rocinha Guesthouse tampak lebih sederhana. Dua kamar tamu dengan enam tempat tidur tingkat. Loker serta kamar mandi di luar. Dengan kualitas begitu saja, kamar sudah ludes.


"Kami sudah dipesan habis selama Piala Dunia. Kami kedatangan orang dari Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Eropa. Ada yang tinggal beberapa hari, beberapa pekan, atau hanya sehari," ungkap Oberdan Basilio, yang mengurusi
guesthouse
tersebut bersama ibunya, sebagaimana dikabarkan 
Daily Mail.


Meski sudah terbilang aman, tetap saja harus waspada. Bulan Mei lalu, seorang turis Jerman tertembak di bagian perut setelah datang ke kawasan kumuh itu. Dia memang masuk tanpa
guide
atau warga yang tinggal di kawasan itu.


Kewaspadaan itu penting sebab aksi kriminal naik  signifikan di Rio de Janiero beberapa bulan sebelum
kick-off
Piala Dunia. Sepanjang September 2013  tercatat sekitar 409 pencurian, padahal September 2011 cuma 191 kasus.


Tapi sudah banyak Favela yang nyaman. Cristiana de Oliveira yang menyediakan 24 kamar di Chapeu Mangueira,  mengklaim bahwa daerahnya sangat tenang. Anggota geng kriminal sudah tak ada.  Sejak operasi pembersihan, kata wanita 44 tahun itu, “Saya bisa dengan tulus mengatakan pada tamu bahwa mereka aman berjalan di sini pada malam dan pagi hari.”


Sejumlah pemilik penginapan berjanji memakai rejeki dari pesta bola ini membenahi kawasan mereka. "Uang dari tamu berkontribusi besar pada proyek di komunitas kami. Memberi pelatihan sepakbola untuk anak-anak muda di Favela," kata Quenia de Alleluia, yang juga berbisnis rumah penginapan.


Seorang turis Kanada, Heather Watson, pun bersaksi soal kenyamanan menginap di Favela itu. Ini kali kedua dia menginap di Rocinha Guesthouse dalam tahun ini. Komunitas di Favela, katanya, sangat hidup. Masyarakatnya pekerja keras. Sangat jauh dari huru-hara kriminal yang selama ini riuh dikabarkan. Semenjak suasana tenang, banyak pelancong memesan kamar. 




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya