RSJ buat Caleg

Jalan Boros ke Senayan

VIVAnews – HELMY Fauzy, 45 tahun, tak pernah menyangka kalau musim kampanye ini, dia harus merogoh kocek lebih dalam. Telepon seluler calon anggota legislatif dari PDI Perjuangan itu berulang kali menjerit-jerit.

Ada yang mengundang rapat di daerah pemilihannya, Kabupaten Bogor. Lalu undangan sejumlah rapat warga, dan permintaan spontan dari para pendukung. Misalnya, malam itu ada yang menagih kaus tim sepak bola.

Mulai berkampanye sejak Juni 2008, Helmy merasa kini kantongnya makin kempis. “Sudah habis Rp 600 juta,” katanya. Apalagi pada pekan terakhir kampanye. Dia harus menggelontorkan lebih banyak lagi uang. Misalnya, mencetak kaos 4 ribu buah, dan satu kaos harganya Rp 5.500. Total ia habis Rp 22 juta.

Selain kaos ada kebutuhan berderet: 40 baliho Rp 24 juta, plus puluhan juta lagi buat aneka ukuran baliho. Itu belum masuk ongkos pasang Rp 500 ribu per buah. Setelah pasang, ada lagi ongkos jaga, Rp 50 ribu di satu titik.

Separuh biaya, kata Helmy, tersedot untuk logistik. Lainnya ongkos sosialisasi, semisal rapat warga. Untuk acara itu, paling sedikit harus merogoh kantong untuk uang rokok dan konsumsi, Rp 1 juta per pertemuan. Ada lagi kebutuhan kaos bola di setiap RT yang menjadi basis pemilih. Untuk urusan ini, dia keluar duit sampai Rp 60 juta.

Bagi Helmy, ini adalah bagian dari marketing politik.  Di kaos itu misalnya, tercantum nama Helmy beserta partai pendukungnya. Duit juga mengalir ke kegiatan sosial lain, seperti Maulid Nabi. Di rumahnya, ada tumpukan proposal peringatan hari besar itu. Tingginya sejengkal.  Sebagai Caleg, mau tak mau Helmy harus peduli. Untuk tiap proposal,  sedikitnya dia menyumbang Rp 500 ribu.

Polres Malang Bongkar Home Industry Sabu di Jatim

Helmy tak sendiri. Dave Laksono, Caleg Golkar nomor 12 dari daerah pemilihan Jawa Barat II, juga mengaku menjadi boros akibat kampanye. Awalnya, mantan Wakil Direktur Utama Adam Air ini menyiapkan dana Rp 500 juta. Dia kira cukup. Tapi rupanya ongkos kian membengkak.

Dana Dave tersedot untuk kaos, baliho, poster, dan spanduk. Pada 5 April nanti, Dave akan mengeluarkan dana lebih besar lagi. Sebab, pada hari itu Golkar akan kampanye gede-gedean di Bandung.  “Saya diminta mengerahkan seribu massa,” ujar Dave.

Untuk mobilisasi massa itu, Dave harus menyumbang dana Rp 50 juta. Itu termasuk biaya komsumsi dan sewa bus. Ini pengeluaran terbesar Dave pada akhir masa kampanye.

Rata-rata Caleg memang mematok Rp 500 juta sebagai modal awal. Misalnya, tokoh gerakan perempuan, yang juga Caleg dari Partai Kedaulatan Bangsa Jawa Timur III, Nursyahbani Katjasungkana. Tapi dia tak hapal detil pengeluaran untuk apa saja. “Semua itu kerja tim sukses,” ujarnya.

Kalau beruntung, dan jaringan luas, ongkos mahal itu tak harus ditanggung sendiri. Nursyahbani mengaku dia banyak dibantu kawan-kawannya. Ada dalam bentuk uang kontan, sampai fasilitas.

Bagi caleg lain, ongkos Rp 500 juta itu tampak “biasa-biasa” saja. Coba tengok Ade Daud Nasution, Caleg Partai Amanat Nasional daerah pemilihan DKI Jakarta II yang meliputi Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan luar negeri.

Menurut Ade, total dana yang sudah dikeluarkan seluruhnya, “sekitar Rp 1,7 miliar sampai Rp 2 miliar.”  Dana terbesar adalah membuka kantor di Malaysia. Ini terjadi empat bulan lalu. Untuk sewa kantor Ade menghabiskan uang  Rp 400 juta.

Ade bersusah-payah berkampanye di negeri jiran karena dia tergiur jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) di sana. Sekitar 950 ribu buruh migran itu tentu sumber dukungan penting. Itu sebabnya, dia mau berepot-repot membuka kantor di Malaysia.

Untuk menjaring TKI, Ade bahkan memasang iklan pada satu koran mingguan beroplah 800 ribu eks, Cosmo. Koran itu bacaan utama para buruh migran di sana. Ia sendiri sudah tiga kali pergi ke Malaysia untuk menyapa TKI. Dari mana duit Ade? “Dana sendiri, selebihnya sumbangan pengusaha dan kawan-kawan”, ujarnya.
 
Agar aliran fulus sumbangan bisa lancar, dia mendirikan Ade Daud Fans Club.



Jalan ke Senayan memang berat. Persaingan tajam terbayang manakala data Caleg terekam 11.301 orang. Mereka berebut 560 kursi di Senayan.

Hermawan Kertajaya, Direktur Mark Plus Inc., memperkirakan para Caleg merogoh uang sedkikitnya Rp 500 juta. Dengan jumlah Caleg yang ada, Hermawan menaksir dana berputar mencapai 5,5 triliun lebih. 

Belum lagi biaya yang dikeluarkan calon anggota DPD. Menurut KPU, jumlah calon anggota DPD 1.116 orang untuk merebut 132 kursi. Jika setiap calon anggota DPD mengeluarkan Rp 300 juta saja, maka dana yang dikeluarkan seluruh anggota DPD bisa mencapai  Rp 334 miliar.

Kalau daftar Caleg kita turunkan sampai tingkat provinsi dan kabupaten, maka angka yang tampil lebih gila lagi. Caleg Provinsi kini jumlahnya 112.000 orang. Mereka akan memperebutkan 1.998 kursi. Jika seorang kandidat mengeluarkan Rp 50 juta saja, maka  ada dana Rp 5,6 triliun yang meluncur selama kampanye.

Total, dari kursi DPRD Provinsi, DPD dan DPR, uang yang dikeluarkan para Caleg mencapai lebih dari Rp 11,4 triliun.

Dengan ongkos gila-gilaan seperti itu, tak urung banyak Caleg mulai lempar handuk. Pekan lalu di Jombang Jawa Timur, belasan Caleg Partai Hati Nurani Rakyat mengajukan surat pengunduran diri. Sebagian beralasan bingung memenuhi kebutuhan logistik kampanye. Mereka mengajukan pengunduran diri itu ke KPU Jombang.

Menurut Ade Daud Nasution, menjadi Caleg memang membikin stres. Utamanya karena faktor biaya. Maka, bila tak terpilih, bisa runyam akibatnya. “Jangankan Caleg, pedagang saja bisa gila karena rugi,” katanya.

Wilayah kerja migas lepas pantai yang dikelola Medco Energi.

Medco Energi Resmi Divestasi Seluruh Sahamnya di Ophir Vietnam Block 12W B.V

PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi) mengumumkan penyelesaian divestasi seluruh kepemilikan sahamnya di Ophir Vietnam Block 12W B.V. (OVBV).

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024