RSJ buat Caleg

Impian Melayang, Jiwa pun Terkapar

VIVAnews - SENIN, 30     Maret 2009, Siti Husnin mendadak mendatangi Rumah Sakit Jiwa Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dia berniat konsultasi dengan psikiater di rumah sakit di ibu kota propinsi NTB tersebut.

Sepuluh hari sebelum pemilu digelar, calon legislator dari Partai Pelopor untuk DPRD NTB ini mulai dilanda kegelisahan. Jiwanya terganggu karena beban pikiran terasa begitu berat. Dia mengeluh, sekarang makan menjadi tidak bisa,  tidur pun sulit.  “Saya terlalu banyak memikirkan tuntutan rakyat,” ujarnya.

Dari hasil pemeriksaan, dokter meminta wanita yang akrab disapa Nina  itu banyak istirahat. “Kalau terus terbebani pikiran pemilu, saya bisa stress, bahkan mengalami kegilaan," katanya mengutip pesan psikiater.

Nina beruntung sudah melakukan langkah antisipasi sebelum “kegilaan” itu benar-benar terjadi. Tekanan yang dia alami masih sebatas stress, belum sampai pada tahap depresi, atau lebih parah lagi sampai tahap sakit psikotis (gila) seperti yang dialami Yuli Nursanto pada Agustus empat tahun silam.

Pendeta Gilbert Olok-olok Salat dan Zakat, PBNU: Kami Umat Islam Diajarkan untuk Menahan Emosi

Yuli bukan calon legislatif, tetapi seorang calon bupati Ponorogo. Yuli gagal melaju sebagai bupati, padahal dia sudah terlilit utang bejibun hingga menipu rekannya sesama pengusaha.  Ia menjadi terdakwa kasus penipuan dan kemudian berusaha bunuh diri dengan meminum belasan bungkus puyer obat sakit kepala.

Esoknya, Yuli mengamuk dan merusak dua mobil mantan istrinya. Saat dirawat di rumah sakit umum daerah (RSUD) dr Harjono, Ponorogo, dia malah melarikan diri dengan hanya mengenakan celana dalam. Keluarga akhirnya membawa Yuli ke rumah sakit  jiwa (RSJ) Lawang, Malang.

Pengusaha yang sebelum sukses menakhodai bisnis radio, jasa transportasi, dan pengerah tenaga kerja Indonesia (TKI) itu terjebak utang miliaran rupiah karena tergiur ikut pilkada bupati.  Namun, bukan sekadar impian jadi bupati yang melayang, jiwanya pun terkapar akibat depresi berat.

Kisah calon legislator atau calon bupati yang stress, depresi atau bahkan mungkin sakit jiwa dalam beberapa tahun terakhir ini memang makin banyak bermunculan. Di Subang misalnya,  ada mantan anggota DPRD yang berniat bunuh diri dengan melompat dari tower telekomunikasi setinggi 62 meter karena merasa ditipu oleh mantan Bupati Subang.

Di Batam, pada 2004 lalu, diberitakan sepuluh orang caleg gagal berobat di Rumah Sakit Umum Otorita Batam lantaran menghadapi tekanan kejiwaan. Begitu pula di Rumah Sakit Marzuki Mahdi (RSMM), Bogor, sekitar 20 orang caleg yang tidak lolos menjadi anggota dewan juga berobat ke rumah sakit jiwa ini.  “Mereka bukan cuma dari Bogor, tetapi juga dari Depok dan Bekasi,” kata Heri Dharma, Direktur Pelayanan dan Keperawatan RSMM saat ditemui ViVanews di ruang kerjanya.

Para caleg itu bertanya soal kondisi mental yang bergejolak, terkadang merenung sendiri atau sering marah-marah kepada keluarganya. “Mereka tertekan lantaran harta benda ludes dan keluarga pun pergi.” 

Akemat, Kepala Manajemen Keperawatan RSMM Bogor menjelaskan, seorang caleg akan tertekan, depresi atau bahkan gila itu sangat tergantung pada kejiwaan mereka. “Mereka yang tergolong rawan akan lebih mudah terserang,” ujarnya.

Mereka bisa dikategorikan rawan karena tiga tiga hal. Pertama, secara genetik atau fisik memang berpotensi membawa penyakit ini. Kedua, faktor perkembangan kejiwaan sejak masih bayi hingga dewasa apakah tertekan oleh orang tua atau keluarga berantakan. Ketiga, faktor lingkungan sosial atau faktor ekonomi.

Jika mereka masuk kategori rawan, kata dia, potensi depresi atau gila akibat gagal jadi anggota dewan memang cukup besar. Namun, jika caleg tersebut sudah cukup dewasa dan matang, maka dia akan tahan kemungkinan sakit jiwa. “Kalau stress sedikit, ya wajar lah,” kata Akemat.

Jika caleg tersebut tiba-tiba berubah sikap menjadi sedih berkepanjangan, tak bisa konsentrasi, senyum-senyum sendiri, ketakutan sendiri, mengalami halusinasi, bahkan ingin bunuh diri, maka patut diwaspadai. “Itu berarti tanda-tanda tak waras sudah menyergap.”

Laporan : Edi Gustan, Ayatullah Humaini

Pengemudi Arogan Pakai Fortuner Pelat Dinas TNI Palsu Sudah Ditangkap
Ilustrasi mayat

Anggota Polres Yahukimo Dibunuh OTK, Banyak Luka Tusuk di Tangan hingga Leher

Seorang anggota kepolisian dari Polres Yahukimo, Bripda Oktovianus Buara dianiaya oleh orang tak dikenal (OTK) hingga meninggal dunia. Banyak luka tusukan di tubuh korban

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024