SOROT 243

Cyborg, Serdadu Robot Masa Depan?

Manfred Clynes
Sumber :
  • www.tricycle.com

VIVAnews - Tengah malam di tahun 1984, Los Angeles. Letupan senjata api seketika memporakporandakan pesta salah satu klab di jantung kota. Suasana gemerlap mendadak jadi seram. Mencekam. Orang-orang tiarap di lantai, tergopoh-gopoh, merangkak menuju pintu keluar, menghindari peluru nyasar. Teror, teriakan histeris dan pecahan gelas kaca berhamburan di mana-mana.

Sesosok pria bertubuh kekar tampak samar. Badannya kokoh, matanya menyorot tajam. Sambil menenteng senjata laras panjang, pria berwajah dingin itu tampak siap memberondongkan peluru. Belakangan diketahui, dia adalah cyborg yang dikirim dari tahun 2029 untuk membunuh gadis bernama Sarah Connor.

Connor diburu karena bakal mengandung seorang anak bernama John, yang di masa depan akan menjadi pemimpin gerakan perlawanan untuk membasmi tentara mesin alias cyborg. Aksi kejar-kejaran terjadi. Connor yang tidak tahu apa-apa, berusaha melarikan diri.

Singkat cerita, misi cyborg itu kandas dihadang cyborg lain juga diutus dari masa depan untuk menyelamatkan Connor. Pertarungan dua robot tak terelakkan. Cyborg pembunuh itu takluk.  Connor pun selamat.



Cerita di atas hanyalah secuplik adegan di sebuah film The Terminator, kisah fiksi ilmiah yang meledak di pertengahan era '80-an. Secara garis besar, film itu berkisah tentang robot hasil rekayasa teknologi yang menggabungkan mesin dan manusia.

Sadar tidak sadar, film itu lalu menyempitkan definisi cyborg sebagai robot berwujud manusia. Padahal, di mata ilmuwan, konsep cyborg jauh lebih luas. Ia bukanlah sekadar manusia robot yang bisa menjadi tentara mesin di masa depan. 

Kerancuan ini bukan ‘dosa’ The Terminator semata. Bau fiksi ilmiah di seputar cyborg meruap sejak film serial televisi yang sangat populer di tahun 1970-an, The Six Million Dollar Man, dan lalu Borg of Star Trek.

Cyborg merupakan singkatan dari cybernetic organism atau organisme sibernetik. Istilah ini digagas oleh Manfred Clynes dalam jurnal Astronautics sekitar tahun 1960. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan kebutuhan manusia dalam meningkatkan fungsi biologis artifisial agar dapat bertahan hidup di lingkungan yang kurang bersahabat.

Istilah cybernetic organism digunakan untuk menunjukkan campuran (sintetik) bagian-bagian organik dengan unsur mekanikal atau mesin yang tujuannya adalah untuk menambah atau meningkatkan kemampuan manusia dengan memanfaatkan teknologi.

Para ahli menegaskan cyborg sebenarnya sudah ada di sekitar kita selama ini.

"Cyborg adalah juga nenek Anda yang menggunakan alat bantu pendengaran, pinggul tiruan, dan siapa saja di sekitar Anda yang selalu menggunakan earset Bluetooth di telinganya," ujar Kosta Grammatis, seorang insinyur di proyek Eyeborg.

Banyak ilmuwan melihat dunia modern telah dihuni cyborg sejak lama --mereka yang mengenakan pakaian robot eksoskeleton, organ prostetik, alat pacu jantung, kaki palsu, dan bahkan sekadar kacamata.

Siapapun dengan organ buatan atau peralatan tubuh tambahan, mendapat imunisasi, dibius untuk berpikir, bersikap, dan merasa lebih baik (psychopharmacology), secara teknis adalah cyborg. Demikian ditulis Chris Hables Gray, Steven Mentor, dan Jennifer Figueroa-Sarriera, dalam jurnal Cyborgology: Constructing the Knowledge of Cybernetic Organisms.

Fenomena ini berkembang terus. Setahun silam, untuk pertama kalinya, seorang wanita lumpuh mampu mengendalikan anggota tubuh robotnya. Dialah Claire Lomas, seorang perempuan lumpuh. Akibat kecelakaan berkuda yang fatal pada tahun 2007, leher, tulang punggung dan tulang rusuk Lomas patah. Namun, dengan bantuan tubuh bionik, dia kini mampu berlari maraton selama 16 hari.

Lebih jauh lagi, konsep cyborg kini malah mengarah kembali ke film bionik di tahun 1970 dan 80an itu; pada cita-cita penciptaan tentara mesin untuk memperkuat armada perang di masa depan. Alur cerita The Terminator yang awalnya terdengar fiktif dan mengada-ada, kini menjadi wacana serius yang mulai diperdebatkan di kalangan ahli.

Punya otak

Cyborg tidak semata-mata mengacu pada hubungan mesin dan manusia. Penyematan teknologi juga sedang diujicobakan pada hewan. Riset sejumlah lembaga militer di negara maju, terutama Amerika Serikat, mengarah pada penciptaan hewan cyborg sebagai bagian dari pasukan taktis militer di masa depan.

Lembaga Proyek Riset Pertahanan Lanjutan atau Defense Advanced Research Project Agency (DARPA) AS belum lama ini mengutarakan minatnya untuk mengembangkan serangga cyborg, yang akan digunakan untuk mendeteksi bahan peledak atau gas musuh. Serangga itu akan dikontrol melalui Sistem Mikro-Elektro-Mekanis atau Micro-Electro-Mechanical System (MEMS).

DARPA juga mengembangkan implan saraf untuk mengontrol gerakan hiu dari jarak jauh. Indra spesial ikan hiu yang mampu mendeteksi gerakan kapal selam musuh dan bahan peledak di laut akan benar-benar dimanfaatkan.

Kini, pengembangan cyborg manusia mengarah pada teknologi kontrol robot dengan pikiran. Ini dilakukan dengan perangkat menyerupai helm yang dikenakan pada manusia, yang berfungsi untuk mengirimkan pesan komando pada robot atau drone, pesawat militer nirawak.

Perangkat bernama electroencephalogram (EEG) itu berhasil diujicobakan beberapa bulan lalu oleh tim peneliti pascasarjana Universitas Minnesota, AS. Mereka berhasil menerbangkan quadcopter atau quadrotor helicopter --aeromodel pesawat mini dengan empat baling-baling.

Secara sederhana, begini mekanismenya: arah pesawat terbang ditentukan oleh arus listrik yang mengalir dari otak ‘sang pilot’. Perintah lantas dipancarkan ke quadcopter melalui Wi-Fi, yang dirancang menggunakan algoritma khusus untuk menjaga arus sinyal tetap stabil.

Semakin jauh, pengembangan cyborg di dunia militer tidak lagi melibatkan manusia. Teknologi robotik diaplikasikan untuk keperluan perang untuk mengurangi risiko tentara menjadi cacat atau tewas. Program baru DARPA yang diperkenalkan April lalu, Autonomous Robotic Manipulation (ARM), misalnya, merancang beberapa jenis bot untuk melakukan banyak tugas manusia manakala dibutuhkan.

Dalam program ini, DARPA merancang dua komponen. Pertama, anggota tubuh robot yang mudah beradaptasi dan memiliki berbagai kegunaan, serta perangkat lunak yang menjadi otak atau pusat komando atas gerakannya sendiri. Program ini difokuskan pada pengembangan gerakan jari-jari tangan dan lengan manusia dengan tingkat ketangkasan yang tinggi. Tujuan akhir dari program ini adalah menciptakan robot otonom, alias robot yang bisa melakukan segala sesuatunya sendiri, tanpa memerlukan perintah manusia.

Respon Han So Hee Soal Reaksi Hyeri: Memang Lucu Pacaran Setelah Putus?

Perdebatan

Bisa dibayangkan, dalam satu dua dekade ke depan, medan perang akan diwarnai kehadiran serdadu mesin. Dan bukan tidak mungkin, robot-robot itu bakal menewaskan lebih banyak lagi warga sipil ketimbang target militer. Salah satu contohnya adalah seperti serangan drone AS ke Pakistan, pada 29 Mei lalu.

Gara-gara itu, dua pekan silam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diminta melarang penggunaan robot pembunuh di dunia militer. Usulan ini telah dibahas dalam pertemuan Dewan HAM PBB di Jenewa.

Lethal Autonomous Robotics (LARs) atau robot pembunuh memang belum berhasil diciptakan. Akan tetapi, wacana tentang keberadaannya telah membuat ngeri banyak pihak dan digambarkan sebagai revolusi besar di dunia militer masa depan. Pasalnya, tidak seperti drone yang masih menggunakan manusia sebagai pemberi perintah, LARs merupakan robot yang memiliki ‘otak’ sendiri, yang akan memutuskan siapa dan apa yang perlu dihancurkan.

Christof Heyns, utusan khusus PBB soal HAM, mengatakan penggunaan LARs dalam militer atau perang sama sekali tidak dapat diterima. "Robot tidak berhak menentukan hidup mati manusia," ujarnya. (kd)

Ketua Tim Pembela Demokrasi dan Keadilan (TPDK) Ganjar-Mahfud Todung Mulya Lubis

Todung Mulya Lubis Ungkap Alasan Sri Mulyani Hingga Risma Dihadiri di Sidang MK

Ketua Tim Hukum pasangan calon Presiden Ganjar Pranowo dan calon Wakil Presiden Mahfud MD, Todung Mulya Lubis mengungkap alasan Risma hingga Sri Mulyani dihadiri di MK.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024