SOROT 219

Lapak Sepi Omzet Melorot

Petugas BPOM Banten memeriksa bakso kemasan
Sumber :
  • ANTARA/Asep Fathulrahman

VIVAnews - Lapak daging itu terlihat sepi. Padahal sebelumnya selalu ramai. Banyak pembeli yang datang. Jumat, 21 Desember 2012 itu, sejumlah kios malah sudah tutup. Para pemilik lapak tak ada di situ. Di Cipinang Elok, Jakarta Timur itu, memang ada beberapa kios daging. Tapi hari itu cuma sedikit yang menggelar daging.
 
Lapak-lapak yang buka itu juga sepi pembeli. Cuma satu dua langanan yang datang. Ada yang membeli. Ada juga yang cuma bertanya soal harga. Lalu pergi. Lantaran sepi pembeli itu, jadilah para pemilik lapak itu bermalas-malasan. Nongkrong dan bersenda gurau. Bahkan hingga petang menjemput.
 
Hari murung di Cipinang itu memang disebabkan oleh sapi. Ya, sapi. Harga daging hewan yang satu ini tiba-tiba melambung berbilang bulan belakangan. Sebelumnya cuma sekitar 70 ribu. Paling mahal Rp75 ribu. Dan itu pun sudah membuat ibu-ibu merengut. Dan melewati tawar-menawar yang aduhai alotnya.
 
Kini harga segitu sudah susah. Lihatlah harga-harga di Cipinang itu. Dibanderol pada bilangan Rp90 ribu per kilogram. Bahkan pernah melangit ke Rp110 ribu per kilogram. Sementara daging babi cuma Rp30 ribu. Di sejumlah daerah lain, beberapa pedagang yang “jahat” lalu mengoplos daging babi dengan sapi. Dijual sebagai daging sapi. Untung tentu besar. Daging-daging jenis oplos ini disuguhkan dalam bentuk bakso. Beberapa pelaku sudah dibekuk polisi.
 
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, membantah keras bahwa ulah para penjual daging yang nakal itu, lantaran harga daging sapi melonjak.  Mahalnya daging, katanya, cuma alasan belaka bagi para kriminal itu. Bayu memang mengakui bahwa belakangan ini, harga daging sapi memang melaju pesat.
 
Harga daging sapi itu sesungguhnya sudah mencekik dompet ibu-ibu semenjak Agustus lalu. “Harganya tak pernah turun sejak Lebaran lalu,” kata Chairudin, salah seorang pemilik lapak di Cipinang itu. Lantaran harga melonjak, dagangan lelaki 41 tahun ini sepi pembeli. Omzet melorot hingga 60 persen. Harga mahal lantaran pasokan daging kian susut.
 
Mengapa langka?

 
Rupanya urusan daging sapi ini rumit juga. Seperti urusan investasi raksasa para investor besar. Keluhan terberatnya sama. Infrastuktur.  Minimnya infrastuktur pemotongan daging, sebagai penyebab kelangkaan ini. Sapi ada. Tempat jagal tak ada. Jadilah cuma sedikit daging yang sampai di lapak-lapak.
 
Catatan Kementerian  Perdagangan memperlihatkan bahwa di Jakarta dan sekitarnya, cuma ada sedikit tempat pemotongan hewan. Hanya bisa mengolah 300 sapi dalam sehari. “Jumlah itu  sangat kurang,” kata Bayu Krisnamurthi di kantor Kementerian Perdagangan, Rabu, 21 November. Lha kok sebelum Agustus dagingnya ada. Jika masalahnya cuma tempat pemotongan yang sedikit itu, mestinya sudah langka dari dulu. 
 
Ketua Forum Kepala Dinas Seluruh Indonesia, Edwardi, menjawab pertanyaan ini. Selama ini, katanya, daging sapi di Jakarta juga dipasok dari lima rumah pemotongan hewan di lima provinsi. Dari Jawa Tengah 100 ton per bulan. Dari Jawa Timur 165 ton per bulan. Nusa Tenggara Barat 20 ton per bulan.  Bali 80 ton per bulan. Dan Nusa Tenggara Timur 15 ton per bulan. “Total ada 380 ton daging yang masuk ke Jakarta dari 5 provinsi itu,” katanya. 
 
Tapi Edwardi menegaskan bahwa belakangan pasokan sudah tidak masalah. Desember ini, katanya, sudah normal. Malahan ada kelebihan 14.358 ton daging sapi lokal. Kelebihan itu  untuk bulan ini saja.  ”Jadi, ya seharusnya memang tidak ada masalah harga,” katanya.
 
Edwardi justru cemas bahwa maraknya isu daging babi dan langkanya daging sapi, akan menekan pemerintah agar menaikkan kuota impor. Ya, impor daging sapi itu. Kelangkaan, katanya, hanya terjadi di Jakarta. Di sejumlah daerah lain malah surplus.“Seluruh Kelapa Dinas Peternakan di berbagai daerah yang surplus daging sapi sudah berkomitmen membantu Jakarta,” katanya.
 
Menteri Pertanian Suswono juga membantah bahwa daging sapi langka lantaran dari hulunya sudah seret. Pasokan minim. Ribut-ribut soal kelangkaan daging itu, katanya, hanya terjadi di Jakarta saja. Daerah lain tidak.“Bukan masalah hulu, buktinya cuma terjadi di Jakarta,” kata Suswono kepada VIVAnews di kantornya di kawasan Ragunan, Kamis 20 Desember 2012.
 
Lalu apa masalahnya?. Menurut politisi PKS ini, mahalnya daging sapi benar-benar karena masalah transportasi belaka. Jika infrastuktur transportasi beres, daging juga beres. Dan masalah ini akan segera beres. “Kami baru bertemu para peternak dan mereka siap menyuplai kebutuhan,” katanya.

Pelatih Timnas Brasil Peringatkan Real Madrid soal Endrick
Penyakit Demam Berdarah di Jakarta dikatakan meningkat sejak memasuki tahun 2024.

Waspada! Demam Berdarah Mengganas, Jakarta Jadi Episentrum dengan 35 Ribu Kasus

Angka kasus demam berdarah di Indonesia kembali meningkat. Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan hingga Kamis sore 28 Maret 2024 tercatat sudah ada 390 kematian

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024