SOROT 214

Kisah Wanita dari Charlotte

David Petraeus dan selingkuhannya, Paula Broadwell
Sumber :
  • REUTERS/ISAF/Handout

VIVAnews - Rumah mentereng itu berlantai dua. Ada tangga menuju halaman. Dua pohon berdiri di sudut taman. Berjejer di antara rumah-rumah mewah di Dilworth, sebuah kawasan elit Kota Charlotte. North Carolina. Di teras menuju garasi mobil, sebuah tulisan mencolok pandangan. Di tulis di lantai: Dad love’s Mom. Kata love itu berbentuk simbol hati.
 
Nyonya rumah itulah yang menyita perhatian dunia hari-hari ini. Paula Broadwell. Dikenal sebagai  ibu yang baik oleh para tetangga, tapi dunia mengenalnya lewat perselingkuhan dengan Direktur Badan Intelijen CIA David Patreaus, seorang jenderal yang masa depannya cerah di panggung politik Amerika Serikat.
 
Semenjak kasus perselingkuhan itu terkuak, rumah ini sepi senyap. Kosong, ditinggal Paula dan keluarga, entah ke mana. Hanya tampak seorang penjaga di situ, yang rajin mengomel jika wartawan dan juru foto hendak mendekat. 
 
Sesudah kasus perselingkuhan itu ramai diberitakan, memang banyak orang datang ke perumahan mewah itu. Dari wartawan hingga orang-orang, yang menurut tetangga Broadwell, tidak dikenal. Senin malam, 12 November 2012, sejumlah agen dari Biro Penyelidik Federal (FBI) terlihat keluar masuk rumah itu.
 
FBI memang tengah menyelidiki kasus ini. Lantaran menjerat seorang jenderal di badan intelijen, sejumlah petinggi FBI menduga bahwa ini bukan perselingkuhan belaka. Rahasia intelijen bisa terbongkar dan keamanan negara bisa saja sedang dipertaruhkan.
 
 Itu sebabnya, sebagaimana dilaporkan surat kabar Charlotte Observer, sekitar delapan hingga sepuluh agen FBI menggeledah rumah Paula Broadwell itu.  Keluar dari rumah itu mereka membawa sejumlah kotak berisi berkas yang  disita untuk kepentingan penyelidikan. Entah apa isi berkas-berkas itu.
 
Mencium ada yang serius dari kasus ini, seorang wartawan pernah nekat masuk rumah itu. Tapi di sana dia bertemu dengan lelaki si penjaga rumah tadi.  Dengan sigap dia mengusir sang wartawan. Reuters menulis bahwa wartawan yang mendatangi rumah itu sempat melihat tiga bungkusan.
 
Bungkusan itu dikirim dari sebuah toko cupcake. Tampaknya itu kue untuk ulang tahun Paula Broadwell ke 40, yang jatuh pada tanggal 9 November 2012. Lantaran penghuni sudah pergi, bungkusan itu belum dibuka. Dibiarkan merana di beranda.
 
Seorang tetangga mengungkapkan bahwa Paula sekeluarga masih di luar kota. Mungkin merayakan HUT di Washington DC. "Mereka mungkin menunggu hingga situasi tenang. Sekarang saat kacau," kata seorang tetangga bernama Sarah Curme, yang diwawancara Charlotte Observer. Di luar rumah, para jurnalis televisi masih setia dengan mobil-mobil van mereka. Menunggu apapun. 
 
Sebagaimana para tetangga lain, Curme pun tidak menyangka Paula Broadwell terseret skandal itu. Sebelum kabar tersebut terkuak, Paula masih terlihat bertegur sapa dan joging di sekitar rumah. "Mereka seperti kebanyakan keluarga yang sibuk mengurus anak-anak," kata Curme, yang beberapa hari terakhir memungut koran dan surat yang dikirim ke rumah Paula.
 
Sebelum skandal perselingkuhan ini terbongkar, Paula dikenal sebagai perempuan Amerika yang cemerlang. Bersuamikan seorang dokter yang murah senyum dan dikaruniai dua anak. Berbekal gelar akademik yang bergengsi itu, karirnya mulus melaju.

Pengakuan Pelatih Bali United Usai Dilibas Persib Bandung

"Dia jelas-jelas telah mencapai banyak hal, baik sebagai seorang tentara dan seorang akademisi," kata Ed Williams, seorang tetangga di Dilworth itu.  Rumah Williams hanya berjarak dua kavling dari kediaman keluarga Paula. Ini memang kawasan hunian nyaman. Pemandangan asri. Banyak pohon rindang di pinggir jalan. 
 
Para tetangga terhenyak dengan skandal perselingkuhan ini.  "Banyak orang terkejut dan syok," kata Williams. Pensiunan editor ini mengaku sempat melihat Paula bersama dua anaknya datang ke tempat pemungutan suara pada Hari Pemilu 6 November lalu. Saat itu, seperti biasa, Paula terlihat supel dan riang.
 
Para tetangga pun bahkan pernah ramai-ramai menggelar acara syukuran atas peluncuran buku Paula mengenai Jenderal Petraeus. "Saat itu dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa akan ada masalah," kata Williams sebagaimana dikutip Reuters. Paula Broadwell dianggap sukses. Karir dan juga keluarganya. Para tetangga mengenal mereka sebagai keluarga yang riang.
 
Semua jungkir balik sesudah kasus ini. Surat elektronik (email) dan panggilan ke ponsel Paula, hampir tak ada yang bersahut. Batal pula pesta ulang tahun Paula yang ke-40. Padahal undangan sudah disebar. Hari bahagia itu akan dikenang di rumah saudara kandungnya di Washington DC pada Sabtu pekan lalu. Para undangan sudah menerima pembatalan acara lewat surel.
 
Presiden Dewan Pelajar
 
Paula tumbuh besar di North Dakota. Semasa SMA dia adalah pelajar yang sempurna. Begitu kesaksian sejumlah orang. Cantik luar dalam. Tak hanya pintar, Paula muda juga aktif sebagai presiden dewan pelajar di sekolahnya. Cerdas dikelas, cergas di lapangan basket. Paula dikenal sebagai bintang bola basket di sekolahnya.
 
Kepiawaian berbicara juga diakui teman-teman dan guru di sekolahnya. Dia terpilih sebagai pelajar yang berpidato mewakili angkatannya dalam acara kelulusan SMA Valedictorian. Wajahnya sudah permai semenjak remaja. Saat SMA itu dia terpilih sebagai Homecoming Queen. Ketika kebanyakan lulusan SMA berlomba-lomba ke universitas sipil bergengsi, Paula justru memilih melaju ke dunia militer.
 
Dia mendaftar ke West Point, akademi militer nomor satu di Amerika. Lagi-lagi Paula mencetak prestasi yang membanggakan di sana. Dari banyak sisi dia unggul. Akademik, kebugaran dan kepemimpinan.
 
Karirnya melaju nyaris sempurna. Dia dikabarkan mendapat posisi di komunitas intelijen Amerika Serikat. Komando Operasi Khusus AS dan Gugus Tugas Gabungan Terorisme dari FBI, demikian data CV mengenai Paula saat menjadi salah satu pembicara di lembaga World Affairs Council di Kota Charlotte.
 
Belakangan diketahui bahwa dalam CV-nya, Paula juga tercatat pernah menimba ilmu di Universitas Denver jurusan Hubungan Internasional dan ilmu pemerintahan di Universitas Harvard. Dia pun mengaku kini sebagai kandidat program doktoral di King's College London, Inggris.      
 
Kagumi Petraeus
 
Pertama kali bertemu Petraeus tahun 2006. Saat itu Paula sedang berubah status dari seorang tentara, menjadi mahasiswi pasca-sarjana di salah satu kampus terkemuka Amerika Serikat, Universitas Harvard. Dalam perkenalan pembuka ini, Jenderal Angkatan Darat itu memberi kartu namanya kepada Paula.
 
Dan sang jenderal tidak sekedar memberi kartu nama. Dia juga menawarkan bantuan kepada Paula untuk keperluan studinya. Semenjak pertemuan pertama itu, keduanya rajin berkirim surat elektronik. Paula rutin mengirim surel kepada Jenderal Petraeus, begitu Reuters menulis.
 
Empat tahun semenjak pertemuan pertama itu, hubungan mereka kian rapat. Dan nyaris terus bersama saat Paula menyusun disertasi tentang kepemimpinan Jenderal Petraeus. Demi disertasi itu pula –dan mungkin demi Petraeus juga – Paula ikut terbang ke Afganistan tahun 2010, yang ketika itu masih sangat berbahaya bagi warga sipil.
 
Saat itu Petraeus memang menjadi panglima pasukan AS dan NATO di Afganistan. Di sana Paula berkali-kali bertatap muka dengan Jenderal Petraeus, nun jauh dari Amerika Serikat, dari keluarga kecilnya di Dilworth.
 
Disertasi itulah kemudian yang diolah lagi menjadi buku. Diterbitkan dengan judul "All In: The Education of General David Petraeus." Buku itu disusun bersama dengan seorang wartawan senior Washington Post, Vernon Loeb. "Itulah yang menjadi dasar hubungan kami," kata Paula saat mempromosikan bukunya dalam suatu acara bincang-bincang "The Daily Show" asuhan Jon Stewart di suatu stasiun televisi Amerika Serikat.  
 
Acara talk show yang berlangsung Januari lalu itu, hari-hari ini  kembali ramai diperbincangkan. Jon Stewart memang sempat mengolok-olok Paula, sebab dinilai kelewat memuji Jenderal Petraeus dalam buku itu.
 
Dalam buku itu, Paula juga menulis perjalanan karirnya di dunia militer. Saat aktif sebagai tentara, pernah tiga kali dipanggil dinas militer untuk bekerja menangani isu-isu memerangi terorisme setelah Tragedi 11 September 2001. Dia juga bergabung dengan Satuan Cadangan Angkatan Darat AS. Menurut Angkatan Darat AS, pada Agustus lalu, Paula mendapat kenaikan pangkat menjadi letnan kolonel.  
 
Perannya di dunia militer sesungguhnya sudah mulai diperhitungkan.  Paula adalah "anggota berharga" bagi Warlord Loop. Itu adalah nama suatu forum surel yang beranggotakan 500 pakar keamanan nasional..

"Dia masih menjadi anggota forum dan saya perkirakan tidak ada perubahan atas statusnya," lanjut John Collins dalam penjelasannya melalui surel yang diterima Reuters pada Sabtu, 10 November 2012.
 
Paula juga terlihat dalam sejumlah video publikasi milik suatu produsen senjata mesin. Dalam akunnya di laman jejaring karir LinkedIn, dia mencantumkan "KRISS Vector .45 cal Demonstrator/Model" di daftar CV. Namun, pihak perusahaan belum  memberi konfirmasi soal ini.
 
Sekitar tiga tahun lalu, Paula tinggal di Kota Charlotte bersama keluarga kecilnya. Sang suami, Scott adalah dokter radiologi di suatu rumah sakit setempat. Mereka tinggal di sebuah rumah yang, menurut taksiran harga properti, bernilai cukup mahal, yaitu US$908.500. Sekitar Rp8,7 miliar.
 
Pada bagian "Ucapan Terima Kasih" dalam buku mengenai Jenderal Petraeus yang ditulis Paula, Scott disebut sebagai "Mr. Mom" karena lebih sering bertindak sebagai "bapak rumah tangga" saat dia bepergian ke Washington DC dan Afganistan. Scott dengan sabar mengasuh dua anak mereka yang masih kecil, ketika Paula sibuk dengan karirnya yang baru. 
 
 "Dia mengatasi kekhawatiran anak-anak saat ibu mereka yang gemar berpetualang sedang berada di negara dunia ketiga," tulis Paula. Sang suami, "Menunjukkan sikap toleran yang luar biasa saat saya sedang tidak ada di rumah dan saat sering pulang larut malam dan sedari subuh sudah di depan layar komputer.”
 
"Saya bersyukur memiliki mitra yang luar biasa dan selalu beri dukungan," tulis Paula. Dia pun mendedikasikan buku itu kepada "tiga prajurit favorit saya." Ketiga prajurit favorit itu adalah suami Paula dan kedua putra mereka. Buku itu juga diperuntukkkan kepada "mereka yang telah berdinas." Di bagian ucapan terima kasih, Paula juga menyampaikan "penghargaan khusus" kepada Holly. Dia adalah istri Jenderal Petraeus.
 
Tahun lalu, Paula sibuk mempromosikan bukunya, yang dia susun bersama dengan editor harian Washington Post, Vernon Loeb. Dia sering tampil di siaran televisi dan berpidato di sejumlah acara. Kalangan pengamat rata-rata menyambut baik buku karangan Paula. "Hebat sekali," demikian komentar pendek seorang penulis bernama Doris Kearns Goodwin.
 
Dalam bukunya, kelihatan sekali Paula mengidolakan Jenderal Petraeus. Pada "Kata Pengantar," Paula menulis bahwa sejarah belum sepenuhnya menilai jasa Petraeus di Irak dan Afganistan. "Namun tidak disangkal lagi bahwa beliau telah membuat pencapaian yang besar selama 37 tahun berdinas di Angkatan Darat, salah satunya membuat inisiatif strategis dalam perang di dua medan laga setelah 11 September 2001," tulis Paula.
 
Supaya tampak obyektif, dia mengungkapkan ada serangan kritik atas Petraeus, yang dianggap berambisi dan senang menyanjungkan diri. Namun, "energi, optimisme, dan keinginan untuk menang membuat saya makin kagum."
 
Di bagian "Ucapan Terima Kasih" pula Paula memberi penghargaan kepada Petraeus atas pendidikan yang "hanya bisa dirasakan sekali dalam seumur hidup," begitu pula dengan "keterusterangan, kepercayaan, dan dukungan yang beliau berikan," tulis Paula.
 
Puja-puji itu itulah yang  menjadi bahan "ledekan" Jon Stewart saat mewawancarai Paula atas bukunya di suatu episode acara bincang-bincang bernuansa humor "The Daily Show" milik salah stasiun televisi berbayar di AS, Comedy Central. 
 
"Kontroversi nyata dari buku itu adalah, 'Apakah dia (Petraeus) mengagumkan atau luar biasa mengagumkan?'" tanya Stewart kepada Paula. Dia pun menjawabnya dengan berseloroh, "Dia bisa mengubah air biasa menjadi air kemasan botol."
 
Selama bincang-bincang itu, Paula mengaku punya seabrek hobi yang membutuhkan ketangguhan fisik: joging, ski, triatlon, bahkan kickboxing. Bahkan, di akhir acara, Paula pun menantang Stewart untuk adu push-up. "Yang kalah harus beramal ke organisasi veteran perang yang terluka," kata Paula dengan nada bercanda. Stewart pun kalah.
 
Sebelum skandalnya dengan Jenderal Petraeus terbongkar, Paula pun masih terlihat senang jadi sorotan publik. Awal November ini, ungkap harian Charlotte Observer yang juga dikutip Reuters, dia berpartisipasi dalam suatu acara amal untuk membantu seorang veteran perang yang luka-luka.
 
Paula juga menulis sebuah artikel untuk majalah "Newsweek" dengan judul "Kaidah-kaidah hidup Jenderal Petraeus." Yang menarik, seperti dikutip Reuters, adalah kaidah nomor 5: "Kita semua berbuat salah. Kuncinya adalah menyadari kesalahan itu dan mengakuinya serta ambil hikmahnya. Jangan lagi lihat ke belakang, terus ke depan dan jangan ulangi kesalahan itu."
 
Mungkin kaidah nomor 5 itulah, yang kini harus dicerna Jenderal Petraeus, Paula, dan juga keluarga mereka.

Meninggal Dunia, Salim Said Akan Dimakamkan di TPU Tanah Kusir
Kunjungan study visit Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), Komjen Pol. Marthinus Hukom beserta delegasi ke Office of Investigative Technology Drug Enforcement Administration (DEA)

BNN Pelajari Teknologi Investigasi Narkotika Milik DEA di AS 

Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), Komjen Marthinus Hukom melakukan kunjungan study visit ke Office of Investigative Technology Drug Enforcement

img_title
VIVA.co.id
18 Mei 2024