SOROT 210

Satu Pekan Empat Langkah

Jokowi Tinjau Kp Melayu
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Gedung itu tak sedap dipandang. Sudah bopeng tak terawat. Dinding sudah kusam. Di beberapa sisi malah sudah lumutan. Banyak jendela yang sudah copot. Berhalaman luas tapi garing. Tak banyak tanaman di situ. Cuma sedikit dan itu pun sudah sekarat. Rumput liar yang tumbuh di sana-sini nyaris lunglai.

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

Di belakang gedung itu ada lapangan. Seukuran lapangan futsal. Di samping lapangan itu berdiri sejumlah mainan anak-anak. Ada tiga ayunan. Dan seperti gedung itu, sejumlah mainan itu juga sudah tak terurus. Rusak. Kawasan itu mirip kota mati.

Itu suasana di luar. Di dalam lebih seram. Sunyi dan pengap. Lantai gedung ini belum dikeramik. Cuma dari semen. Lantai itu tertutup debu yang sudah jadi kerak. Sampah juga berserakan. Dalam gelap dan pengap seperti itu, hanya tikus yang betah di sana. Mereka berseliweran ke sana ke mari sembari berderit.

Hasil Liga 1: Bhayangkara FC Pesta Gol, Duel Dewa United vs Madura United Dihentikan

Bangunan itu adalah rumah susun. Letaknya di Marunda, kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Ini adalah rusun yang dibangun pemerintah DKI Jakarta. Dibangun tahun 2007 untuk korban penggusuran Kanal Banjir Timur alias BKT dengan harga subsidi. Semuanya ada 26 blok dan  berlantai lima. Total kamar 5.000 unit. Namun hanya 7 blok yang ditempati manusia. Sisanya, ya, dihuni tikus itu.

Ke rumah susun itulah Joko Widodo berkunjung Kamis 18 Oktober 2012. Selama masa kampanye, gubernur yang diusung PDI Perjuangan itu, memang berjanji melakukan sejumlah hal, begitu dia terpilih. Salah satu janjinya membangun rumah susun. Juga membenahi yang rusak.

Sejumlah rusun itu akan disediakan untuk warga kurang mampu, terutama mereka yang berdiam di pinggir kali. Di sejumlah DKI terdapat puluhan kawasan rumah susun. Ada yang sudah berbadan hukum, ada yang belum. Ada yang sudah ditempati, tapi banyak yang terlantar seperti di Marunda yang dikunjungi Jokowi itu.

Kemnaker Berkomitmen Terus Tingkatkan Kinerja Layanan Publik Balai Besar K3 Jakarta

Gubernur DKI Jakarta ini terlihat kaget demi melihat begitu banyak bangunan yang rusak. “Coba lihat jendelanya banyak yang copot. Semuanya harus diperbaiki, kalau tidak mubazir,” kata Jokowi kepada para wartawan.

Siang itu Jokowi menyusuri sejumlah lorong pengap di kompleks itu. Sesekali tikus melintas, seperti hendak menghadang langkah orang nomor satu di ibukota ini. Jokowi  berhenti di sebuah sudut. Di bawah tembok berlumut. Jarinya lalu menunjuk ke langit gedung itu. "Ini akan saya cat sampai di atas.”

Selain memoles bangunan itu, Jokowi berjanji membangun  sejumlah fasilitas. Meski berdiri dalam satu kawasan yang luas, hunian itu memang miskin sarana. Jauh dari pasar. Apalagi pusat kesehatan. Tak ada angkutan umum yang lalu lalang dekat situ. Dan itulah sebabnya hunian ini tak diminati warga.

Padahal sejumlah saranan itu penting memikat penghuni. Pemerintah, kata Jokowi, tidak sekedar mendirikan rumah susun. Tapi juga akan membangun pasar dan puskesmas. Sejumlah fasilitas lain disiapkan. Angkutan umum juga akan dioperasikan.

Darimana dananya? Selain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Jokowi juga akan mengajak sejumlah penggusaha di sekitar kawasan itu. Mereka diminta membantu membangun sejumlah fasilitas pendukung. Dan sudah ada yang bersedia.

Menata Bukit Duri
Membenahi rumah susun itu cuma satu dari sekian gebrakan Jokowi pada pekan pertama masa jabatannya. Selasa 16 Oktober 2012, dia sudah blusukan ke gang-gang sempit di perkampungan kumuh. Sejumlah kepala dinas dia ajak serta.

Gubernur yang suka musik metal ini sedang berusaha bagaimana menata perkampungan kumuh di Jakarta. Itu sebabnya dia blusak-blusuk ke sejumlah kawasan, yang selama ini jadi langganan banjir di musim hujan.

Jokowi bertandang ke Pademangan Jakarta Utara. Di sana dia melihat sistem drainase. Banjir memang sudah jadi langganan warga di sini. Tiba di Gang Telkom, mata Jokowi terpatut ke parit. Airnya dangkal. Banyak sampah menyumbat. Lumpur tebal juga mengendap di saluran itu.

Jokowi memanggil Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI, Ery Basworo. Mereka lalu berdiskusi soal upaya pengerukan timbunan lumpur itu. Dia juga minta warga ikut proses pengerukan. "Masyarakat siap tidak disuruh kerja bakti?" tanya Jokowi kepada warga. Warga pun serentak berpekik "Siap!"

Jokowi memberi waktu seminggu. Soal dana, Jokowi menjamin. "Tidak usah rumit-rumit, wong duitnya ada semua kok." Anggaran soal perbaikan drainase itu memang sudah ada di APBD 2012.

Usai dari Pademangan itu, Jokowi meluncur ke Bukit Duri, Jakarta Selatan. Jokowi punya rencana besar di kawasan ini. Membangun rumah susun. Ke situlah nanti dia memindahkan warga dari bantaran Sungai Ciliwung yang semenjak berpuluh tahun lampau jadi langanan banjir.

Rencana membangun rumah susun di Ciliwung itu sudah disampaikan saat kampanye. Dipertegas saat debat para kandidat. “Saya sudah berdiskusi dengan warga di sana dan mereka setuju,” kata Jokowi saat itu. Dan mantan walikota Solo  yang berpasangan dengan Ahok itu menang di Bukit Duri itu.

Memantapkan rencana itulah dia kemudian berkunjung lagi ke Bukit Duri. Bertemu dan berdiskusi dengan warga. Rapat digelar di Sanggar Ciliwung. Sekali lagi rencana itu ditawarkan kepada warga. Jokowi juga minta kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menghitung luas bangunan dan besarnya biaya. Tugas itu akan ditagih seminggu ke depan. Sebelum kembali ke tempat ini.

Selain mengurus hunian, Jokowi juga sudah mulai menata transportasi guna mengatasi penyakit akut Jakarta, kemacetan. Jokowi lebih memilih moda transportasi massal. Monorel dan MRT jadi perhatian utama. Selain itu, dia juga akan menata seluruh terminal.

Demi rencana menata terminal itu, Rabu, 17 Oktober 2012, dia menuju terminal Kampung Melayu. Di sana mengecek kondisi halte busway dan armadanya. Dia masuk ke terminal yang hari itu ramai. Jokowi naik ke kopaja 612. Mengamati angkutan itu. Dia menggeleng heran. Angkutan itu dianggap tak layak. Yang joknya bolong-bolong, kata Jokowi, sudah harus dipermak.

Pemerintah, kata dia, akan fokus meremajakan angkutan perkotaan. Namun dia masih bingung pola anggarannya. Sementara, ada dua pola di benak Jokowi. Antara hibah atau subsidi. “Jangan suruh mereka (sopir) untuk beli. Sampai kapan pun tidak mungkin.”

Wagub dan Staf Satu Meja
Selain berbenah di masyarakat, Jokowi juga akan berbenah ke dalam. Birokrasi. Gagasan utamanya adalah efektifitas dan efisiensi. Soal ini, Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang lebih banyak bergerak.

Ahok memulai penataan ini dari ruang kerjanya. Dia minta meja berukuran 4x2 meter di ruang kerja itu diganti. Meja itu dianggap terlalu lebar. Para staf juga diminta menggunakan ruang kerja itu. "Kerja di satu meja rapat apa susahnya. Kita juga biasa ngobrol di meja makan kan?" kata Ahok.

Seruan itu juga berlaku untuk semua kepala dinas. Mereka diminta pindah ke Balaikota, tempat Jokowi dan Ahok berkantor. Agar koordinasi lebih mudah. Jokowi juga mendukung langkah Ahok ini. Dan demi memuluskan rencana ini Ahok meninjau gedung G Balaikota.

Hari itu, Ahok menyambangi ruang Sekda. Letaknya di lantai empat. Berukuran 7x9 meter dan dilengkapi AC. Wallpaper warna krem menghiasi dinding. Karpet biru tua menghampar di lantai.

Ruang kerja itu dijadikan patokan oleh Ahok. Kepala dinas dilarang punya ruang kerja lebih besar dari itu. Apalagi lebih mewah. "Nanti kalau kantor-kantor dinas pindah ke sini, ruang kerja kepala dinasnya tidak boleh lebih besar dari ruang kerja Sekda. Ruang kerjanya tidak boleh lebih bagus dari ruang kerja Sekda," kata Ahok.

Ahok juga ingin meningkatkan pelayanan masyarakat. PNS DKI kerjanya akan dipantau. CCTV akan dipasang di tiap lantai dan ruangan. Menjadi mata-mata. CCTV ini akan dipasang di tingkat kecamatan hingga kelurahan.

“Saya ingin bisa memantau kerja SKPD dari ruangan saya. Begitu pula dengan lurah, camat, walikota, CCTV-nya supaya bisa disambungkan, biar bisa dipantau kerjanya,” kata Ahok.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya