SOROT 149

Google-Google yang Gagal

Erick Schmidt Google
Sumber :
  • AP Photo

VIVAnews-Pria berkacamata itu terlihat begitu tenang. Di atas kursi empuk warna merah, ia bersilang kaki dan sedikit bersandar pada pegangan kursi sebelah kiri. Di hadapannya, dua wartawan teknologi senior; Walt Mossberg dan Kara Swisher terus mencecarnya.

Gak Terima Ditegur saat Merokok, Pengendara Motor Mahal Ini Ngamuk: Jangan Sok Suci

Lelaki itu adalah Chairman Google Eric Schmidt, dan dia terus meladeni semua pertanyaan mereka sambil sesekali menyela, dan menggoyang-goyang kursi empuknya itu. 

Tapi saat ditanya tentang Facebook, mimik wajah mantan CEO Google itu sedikit berubah. "Facebook telah melakukan banyak hal yang saya kagumi," ujar Schmidt sambil membetulkan letak kacamata bulatnya. Terlihat sedikit kikuk, Schmidt mengakui kegagalannya mengatasi kebangkitan layanan identitas sosial semacam Facebook. 

KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Sekjen DPR RI

Di depan ratusan audiens yang menghadiri acara 'D: All Things Digital Conference' di Rancho Palos Verdes California AS, akhir Mei lalu, Schmidt bercerita, sebenarnya ia sempat menulis memo tentang ancaman Facebook, sekitar 3-4 tahun lalu. Padahal, saat itu anggota Facebook masih baru sekitar 20 ribu orang.

Tapi ia gagal menyelesaikannya. Dan Facebook kini telah menjelma menjadi jejaring sosial raksasa yang tak bisa lagi disepelekan. Pengakuan kegagalan itu diungkapkan Schmidt, dua bulan setelah ia melepas jabatan CEO di Google yang telah dipegangnya selama satu dekade, sejak 2001. "Saya jelas-jelas tahu seharusnya saya menyelesaikannya. Tapi saya gagal melakukannya," ujarnya.

Heboh Kasus Pernikahan Pria dan Waria di Halmahera Selatan, Polisi Turun Tangan
Google memang belum berhasil mengantisipasi kesuksesan Facebook, yang kini telah memiliki lebih dari 600 juta anggota.

Seperti dikatakan oleh Schmidt, tiap kali Google mencoba melakukan negosiasi dan kerjasama dengan Facebook, gagal di tengah jalan. “Kami sudah berupaya keras untuk bekerjasama  dengan Facebook. Namun biasanya mereka lebih suka bekerjasama dengan Microsoft.” 

Wajar saja, sebab hingga kini Microsoft masih memiliki sekitar 1,6 persen saham Facebook. Sementara upaya Google mengimbangi Facebook dengan layanan jejaring sosial besutannya, juga tak pernah gagal. Dari mulai jejaring sosial Orkut, Jaiku, DodgeBall, Google Wave, hingga Google Buzz.

Orkut, misalnya, diluncurkan pada Januari 2004, sekitar dua pekan sebelum Facebook muncul. Setelah lebih dari tujuh tahun  berselang, ia hanya mampu menggaet sekitar 66 juta pengguna. Jejaring sosial ini hanya populer di Brazil, India, dan Iran. Bahkan, belakangan Iran memblokir layanan Orkut di negaranya dengan alasan keamanan nasional. 

Kendati Google masih mempertahankan layanan ini, namun Orkut sangat sulit bersaing dengan Facebook. Sementara Jaiku yang sering disebut-sebut sebagai Twitter-nya Google ternyata juga sulit berkembang di tangan Google. 

Seperti dikutip dari situs SearchEngineLand, Layanan mikroblog yang dibeli oleh Google pada Oktober 2007 itu, kurang mendapat dukungan dari Google. Kendati layanannya masih ada, namun Google menghentikan pengembangan Jaiku pada Januari 2009.

Entah berkaitan atau tidak, pada 2003 sebenarnya Google sempat mengakuisisi situs layanan blog Blogger yang didirikan oleh Evan Willliams pada 2004. Namun kemudian Google kehilangan talenta besar Williams, ketika ia memutuskan keluar dari Blogger dan mendirikan jejaring mikroblog Twitter pada 2006.

Kehilangan lainnya kembali dialami Google, ketika Dick Costolo, pendiri FeedBurner (perusahaan yang diakuisisi Google) akhirnya juga keluar, dan bergabung bersama Williams di Twitter.  

Jejaring sosial lainnya, DodgeBall, dibeli Google pada Mei 2005. Ini adalah layanan mobile mirip Foursquare yang didirikan oleh Dennis Crowley dan Alex Rainert pada 2000. Pada April 2007, akhirnya Dennis hengkang dari Google, dan menyampaikan unek-unek yang melatari keputusannya itu di blognya.

“Sudah bukan rahasia lagi bahwa Google tidak mendukung pengembangan Dodgeball seperti yang kami harapkan sebelumnya. Semua yang kami alami membuat kami frustrasi,” kata Crowley kecewa.

Akhirnya pada 2009 Crowley mendirikan jejaring sosial berbasis lokasi Foursquare yang sukses. DodgeBall dan Foursquare ini pula yang kemudian menginspirasi jejaring sosial mobile lokal bernama Koprol, yang belakangan diakuisisi oleh Yahoo.

Layanan gagal lainnya adalah Google Wave. Hanya berumur setahun (Mei 2009 - Agustus 2010), Google Wave awalnya sangat gencar digembar-gemborkan. Produk ini didengung-dengungkan sebagai layanan yang ‘Selangkah melampaui email and pesan instan’. Tak hanya email dan pesan instan, layanan ini juga menyediakan tool kolaborasi  wiki, serta jejaring sosial. Sayang layanan in ternyata sepi peminat. Orang awam banyak yang bingung apa manfaat dari layanan ini. 

Nasib sial juga dialami jejaring sosial Google Buzz pada Februari 2010. Digadang-gadang sebagai penantang Twitter dan Facebook, Google Buzz mengawali kiprahnya dengan blunder pelanggaran kebijakan privasi. Google Buzz menyetel profil penggunanya lengkap dengan follower serta orang-orang yang di-follow, berdasarkan kontak email yang sering dihubungi pengguna. 

Parahnya, semua follower dan orang yang di-follow oleh pengguna bisa diakses oleh publik. Dengan kata lain, secara default, publik bisa mengetahui orang-orang yang sering dihubungi pengguna tertentu, melalui email maupun melalui pesan instan (Google Chat). 

Dengan demikian, seorang istri bisa mengetahui bila suaminya sering saling kontak dengan bekas kekasihnya di masa lalu, atau seorang bos bisa mengetahui bila karyawannya sering berhubungan dengan perusahaan kompetitor. Walaupun Google langsung melakukan langkah-langkah perbaikan, namun pengguna terlanjur khawatir dan cenderung resisten terhadap layanan ini.

Kegagalan dan kekacauan tak hanya dialami oleh layanan-layanan jejaring sosial milik Google. Bila diurut masih ada deretan panjang proyek Google yang akhirnya ditutup.

Mari kita urut. Ada layanan kustomisasi pencarian Google SearchWiki (November 2008 – Maret 2010), lalu platform iklan berbasis radio Google Audio Ads (Januari 2006 – Februari 2009), layanan berbagi video Google Video (Januari 2005 – Januari 2009), layanan kliping teks, gambar dan hasil pencarian web Google Notebook (Mei 2006 – Januari 2009), layanan iklan cetak Gooogle Print Ads (November 2006 – Januari 2009), dan layanan tanya-jawab Google Answers (April 2002 – November 2006), dunia virtual Google Lively (ditutup November 2008), dan ponsel Android Google Nexus One (dihentikan pada Mei 2010).

Siang itu, Schmidt mengenakan kemeja bergaris biru, duduk di sofa kuning yang tak terlalu empuk. Setelah bicara dalam sebuah panel di Konferensi Techonomy di Lake Tahoe California Agustus tahun lalu, Schmidt meladeni rentetan pertanyaan dari wartawan. Saat itu, Google baru saja membekukan pengembangan Google Wave, dan Schmidt masih menjabat sebagai CEO Google. 

"Kebijakan kami adalah, kami mencoba berbagai macam hal," kata Schmidt sambil membetulkan letak kacamata bulatnya itu. "Kami merayakan segala kesalahan kami.  Ini adalah perusahaan di mana Anda sangat boleh mencoba sesuatu sekeras mungkin, gagal, ambil pelajaran darinya, dan mencoba hal lain yang baru, " kata Schmidt, seperti dikutip dari TechCrunch

Walau tak sedikit produk Google yang gagal, barangkali berkat kebijakan itu pula, Google hingga kini masih terus membesar.  Bak pepatah esa hilang, dua terbilang. Google Wave mati, kini muncul Google Plus.(np)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya